Kades Tegalrejo Jember: Kepala Desa Bukan Malaikat yang Tidak Punya Salah dan Dosa
Jember, Portal Jawa Timur – Sekilas, jika menengok Kantor Desa Tegalrejo Kecamatan Mayang Kabupaten Jember, nyaris tak ada kegiatan yang menonjol. Setiap hari sepi kecuali bidang pelayanan yang memang stanby, itupun sangat jarang warga yang butuh pelayanan. Situasi seperti ini mungkin juga hampir sama dengan kantor desa yang lain.
Tapi sesungguhnya tidak begitu, tugas kepala desa (kades) sejatinya cukup berat.
“Boleh saja kantor sepi, tapi kepala desa waktu kerjanya 24 jam,” ujar Kades Tegalrejo Nunung Adi Kontesa di ruang kerjanya, Selasa (7/5/2024).
Baca Juga: Kue Kacang Produk Desa Tegalrejo Jember Menapak Era Baru
Kiranya tidak berlebihan Nunung menyebut durasi kerjanya 24 jam. Memang, normalnya waktu kerja hanya pagi sampai sore, tapi bagi Kades Nunung nyatanya tidak seperti itu. Yang namanya pelayanan masyarakat tidak terikat oleh waktu dan tempat, apalagi di desa.
“Di rumahpun sudah waktunya tidur, sering warga datang mengadu ini itu, atau sekadar konsultasi. Akhirnya mau tidak mau tetap dilayani,” tambahnya.
Di desa, jabatan kades bukan sekadar kepala pemerintahan desa tapi juga sesepuh desa. Karena itu, tak heran jika kades menjadi muara pengaduan dari segala persoalan yang ada. Mulai dari soal sengketa tanah hingga soal pernikahan, hampir pasti melibatkan kades. Kades benar-benar menjadi orang penting.
“Kalau saya di tempat acara, kalau tidak didapuk memberikan saran-saran (tausiyah), ya jadi pembawa acara. Kemaren lalu, saya setiap hari dalam seminggu kondangan (menghadiri mantenan) terus,” ucapnya.
Perlakuan warga terhadap kades yang sedemikian penting itu menunjukkan posisi kades yang cukup sentral di mata warga. Di satu sisi itu penting karena jika ada masalah sekecil apapun, kades bisa tahu dan bisa segera dicarikan solusinya.
Namun di sisi lain, kondisi itu menuntut kades harus ekstra hati-hati dalam bertingkah. Sebab, bak kata peribahasa guru kencing berdiri murid kencing lari. Jangan sampai kades menjadi contoh yang tidak baik bagi warga. Apalagi jika sampai hati warga terluka gara-gara ulah kades yang tidak populer, lebih-lebih dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala desa. Tapi bagaimanapun kades adalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan berbuat dosa.
“Bagi saya, yang penting adalah bekerja sesuai aturan, dan di masyarakat saya tetap menjadi pelayan. Kades bukan malaikat yang tidak punya salah dan dosa. Terpenting setiap kesalahan harus segera diperbaiki,” pungkasnya (AAR).