Ahmad Halid, dari Ketua Ranting NU Kini Nahkoda Universitas Islam Jember

Jember, Portal Jawa Timur – Dr. Ahmad Halid Syafi’i. Pria kelahiran Pulau Bawean Kabupaten Gresik 42 tahun lalu ini, tak pernah berpikir menjadi Rektor Universitas Islam Jember (UIJ). Baginya, apa yang ada dinikmati dan disyukuri saja dengan menjalankan tugas sebaik-baiknya.
Baca Juga: Cahani, Mahasiswi FKIP Universitas Islam Jember Ini Raih Medali Emas Olimpiade Nasional
Ketika itu, Halid, sapaan akrabnya, baru beberapa bulan ditunjuk oleh Yayasan Pendidikan Nahdlatul Ulama (YPNU) sebagai Direktur Pascasarjana UIJ. Halid tentu harus fokus. Sebab, membesarkan ‘bayi’ yang baru lahir bukan hal gampang.
Baca Juga: Keren, Pascasarjana UIJ Diluncurkan
“Jadi saya adalah direktur pertama Pascasarjana UIJ, dan itu saya jalani dengan sungguh-sungguh,” ujar Halid di kampus 1 UIJ, Rabu (16/4/2025).
Namun pengunduran diri Abdul Hamid Pujiono dari kursi Rektor UIJ saat itu, membuat suasana cukup dinamis. YPNU akhirnya menunjuk Halid sebagai rektor UIJ.
Halid mengaku sama sekali tidak tahu tentang rencana pemilihan dirinya sebagai rektor. Apalagi saat itu, ia sedang menjalankan ibadah umroh. Ketika pulang dari umroh, Halid dipanggil Gus Aab (KH Abdullah Syamsul Arifin, Ketua YPNU), dan diberi tahu bahwa YPNU tengah melakukan pemilihan rektor: salah satu calon rektornya adalah Halid.
“Setelah itu ya biasa-biasa saya, tidak ada kabar apapun sampai akhirnya saya dilantik sebagai rektor,” tambahnya.
Halid bukan orang baru di UIJ. Sejak tahun 2008 ia sudah menjadi asisten Prof. Sahilun A Nasir dengan mengampu mata kuliah umum Ahussunnah wal jamaah (Aswaja). Dalam perkembangannya, Halid pernah menjabat Wakil Dekan Fakultas Tarbiyah, sebelum akhirnya menjadi Direktur Pascasarjana UIJ.
“Waktu itu rektornya Pak Zein, dan saya juga masih proses S2,” tambahnya.
Halid memang pas dan linier mengabdi di UIJ. Pasalnya, latar belakang pendidikannya banyak ditempuh di lembaga pendidikan berbasis NU.
Halid menjalani pendidikan dasar di SD Pategalan Klompang Gubuk, Pulau Bawean (1994). Lalu melanjutkan ke Pesantren Mambaul Falah, Bawean. Pesantren yang satu ini didirikan oleh seorang kiai yang merupakan santri KH Hasyim Asy’ari. Di sini Halid menempuh pendidikan MTs., dan MA hingga selesai.
Tahun 2002 Halid merambah ke Jember Jawa Timur. Ia kuliah di Fakultas Tarbiyah STAIN Jember (sekarang jadi UIN KHAS Jember). Saat itu, ia memilih tinggal di Pesantren Nurur Rohman Desa Wirosongso Kecamatan Ajung Jember. Hal ini dimaksudkan untuk memperdalam ilmu agama.
“Saat itu, saya juga mengaji kitab kepada KH Bahrullah Azis (almarhum) di pesantren Miftahul Ulum,” ungkapnya.
Setelah lulus STAIN Jember, Halid melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Sunan Giri (Unsuri) Surabaya. Unsuri adalah perguruan tinggi keagamaan Islam swasta penjelmaan dari Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) yang didirikan tahun 1960. Lulus S2, Halid kembali kuliah di UIN KHAS Jember menempuh S3.
Dengan demikian, sejak MTs., MA hingga S2, pendidikan Halid semuanya berbasis Ahlussunnah wal Jamaah. Ayah 3 anak ini juga aktif di Ansor dan IPNU sejak masih di Bawean hingga sekarang.
“Dan semua itu menjadi bekal saya dalam memimpin UIJ,” jelasnya.
Menjadi orang nomor satu di UIJ, bukan berarti Halid tidak mau ngopeni yang kecil-kecil. Sejak tahun 2019, ia menjadi Ketua Ranting NU Patrang 3 hingga sekarang.
Bagi Halid, Ranting NU tak boleh diabaikan. Sebab, pengurus Ranting NU adalah ujung tombak di lapangan dalam melayani masyarakat.
“Apalagi sekarang banyak aliran baru yang ingin merongrong NU,” pungkasnya.
Di Ranting NU, Halid berjuang untuk NU secara kultural, sedangkan di UIJ berjuang untuk NU melalui pendidikan. Intinya sama: mengabdi (Jbr-1/AAR).