Komunitas

Tiga Alasan BLKK Pondok Pesantren Bustanul Ulum AWS Mlokorejo Jember Pilih Kejuruan Teknis Las

Jember,  Portal Jawa Timur – Balai Latihan Kerja Komunitas (BLKK) Pondok Pesantren Bustanul Ulum AWS. BLKK yang satu ini terletak di Desa Mlokorejo, Kecamatan Puger Kabupaten Jember Jawa Timur. Pondok Pesantren Bustanul Ulum AWS merupakan ‘cabang’ dari Pondok Pesantren Bustanul Ulum yang didirikan oleh KH Abdullah Yakin. Sebab, pengasuh Pondok Pesantren Bustanul Ulum AWS adalah cucu KH Abdullah Yakin, yaitu KHR Abdullah Hanani. Konon, itulah pesantren tertua di Jember.

Jarak antara dua pesantren itu tidak begitu jauh, namun Pondok Pesantren Bustanul Ulum AWS dikelola secara mandiri. Letak kedua lembaga itu tidak di pinggir jalan raya, tapi masih masuk ke utara melewati area persawahan yang terhampar luas di sisi kiri kanan jalan.

BACA JUGA: BLKK  Pondok Pesantren Assunniyyah Al Jauhari Kencong Jember Akan Terus Memberi Pelatihan secara Mandiri

Pondok Pesantren Bustanul Ulum AWS adalah satu dari 6 pesantren/lembaga yang mendapat bantuan BLKK dari Kementerian Ketanagakerjaan (Kemenaker) RI tahun Anggaran 2022, yang difasilitasi oleh anggota Komisi IX DPR RI, H Nur Yasin. Tahun 2020 dan 2021, setidaknya legislator asal Jember ini  telah memfasilitasi dibangunnya 13 BLKK. Sehingga total BLKK yang difasilitasi Nur Yasin mencapai  19.

BLKK Pondok Pesantren Bustanul Ulum AWS memilih kejuruan teknik las. Menurut sang pengasuh, Lora Hanani, sapaan akrabnya, ada tiga alasan terkait pemilihan kejuruan tersebut. Pertama, dari sisi keagamaan.  Katanya, ketika Nabi Muhammad SAW melakukan Isra’ Mi’raj, beliau matur kepada Allah dengan nada ‘iri’: Ya Allah Engkau membuat Nabi Daud dapat melemaskan besi.

BACA JUGA: BLKK Pesantren Ulul Albab Lumajang Cetak Santri Mandiri dengan Pengolahan Kue dan Buah

Jadi salah satu kelebihan Nabi Daud adalah bisa melemaskan besi, besi bisa tunduk, sehingga yang awalnya besi itu keras dan kuat, bisa lemas menjadi perkakas,” ungkapnya.

Atas dasar itu kemudian para ahli agama meneliti tentang seluk besi, apa dan bagaimana  sehingga membuat Nabi Muhammad ‘iri’ kepada Nabi Daud lantaran dapat melemaskan besi.

“Ternyata besi itu merupakan sumber alam yang banyak dibutuhkan orang. Membuat apa saja, hampir semuanya membutuhkan bahan baku besi,” urainya.

Kedua, dari sisi hikayat kehidupan. Kata Lora Hanani, proses besi menjadi perkakas mengandung filosofi yang tinggi, yakni pelajaran kehidupan yang sarat makna. Untuk menjadi pisau dan perkakas lainnya, besi butuh dipanasi dengan kekuatan api yang cukup tinggi. Tidak hanya dipanasi tapi juga dipukul bertalu-talu dengan palu agar besi terbentuk sesuai dengan kehendak pandai besi. Betapapun keras dan kuatnya besi, namun akhirnya besi ‘menyerah’ mengikuti apa yang diinginkan si pandai besi.

H Nur Yasin mencoba peralatan las di BLKK Bustanul Ulum AWS Mlokorejo Jember

“Sama dengan hidup kita, hidup kita perlu ditempa, ada ujian, musibah, dan sebagainya baru kita karakter kia terbentuk,” jelasnya.

Ketiga, dari sisi sumber daya alam. Saat ini kayu semakin jarang. Hutan semakin terancam keberadaannya karena penebangan liar terjadi di mana-mana. Bangunan kayu sudah semakin langka seiring ketersediaan kayu yang terus diganggu manusia.

“Maka kita harus hijrah menjadi ahli besi. Kalau kayu bisa dimakan rayap tapi besi tidak. Dan di sinilah pentingnya santri punya keterampilan las-lasan,” tambahnya.

Lora Hanani menjelaskan, orang yang punya keterampilan mengelas, tidak sulit mencari pekerjaan, atau jika malas bekerja pada orang lain bisa mendirikan usaha las sendiri, apalagi peralatan yang dibutuhkan tidak begitu mahal harganya.

“Bisa bekerja secara mandiri, bisa membuat pagar rumah, atap, pintu, jendela dan lain sebagainya. Baik konsep minimalis yang ekonomis ataupun berjejaring skala besar” tuturnya.

Ia mengungkapkan, hadirnya BLKK membuat santri semakin berdaya. Tidak hanya tafaqquh fiddin, namun juga bisa memiliki keterampilan pekerjaan yang kelak tentu berguna saat terjun di masyarakat. Katanya, tafaqquh fiddin (belajar agama) adalah satu tuntutan yang wajib dilaksanakan santri. Dan itu semakin lengkap jika santri dibekali dengan keterampilan di bidang las.

“Mungkin inilah santri masa kini. Dan untuk tak lupa kami haturkan terima kasih untuk Pak Haji Nur Yasin,” pungkasnya (Aryudi AR).

*) Tulisan ini adalah bagian keempat belas dari 19 tulisan tentang BLKK yang difasilitasi oleh anggota FPKB DPR RI, Ir H Nur Yasin

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button