Jember, Portal Jawa Timur – Vanili selama ini dikesankan sebagai tanaman yang hidup subur di dataran tinggi. Sehingga masyarakat yang punya tanah di dataran rendah ogah menanam tanaman jenis anggrek itu. Alasannya, vanili yang ditanam takut tidak tumbuh sebagaimana mestinya, dan ujung-ujungnya rugi.
Padahal kesan itu tidak seluruhnya benar. Karena ternyata vanili tidak pilih-pilih dataran untuk tumbuh. Semua tergantung perawatannya.
“Tidak ada ceritanya vanili tidak bagus ditanam di dataran rendah seperti di Jember dan kawasan tapal kuda,” ujar Ketua Perkumpulan Forum Petani Vanilla Indonesia (PFPVI), Abu Darin di Jember, Senin (1/5/2023).
BACA JUGA: Sosialisasi Vanili, Gerak Langkah PFPVI Rambah Sikka NTT
Menurut Abu Darin, bagus tidaknya perkembangan tanaman vanili tergantung pada perawatan, termasuk ketersediaan air. Katanya, selain perawatan, jarak antar pohon vanili juga perlu diatur sedemikian rupa. Sedangkan air, jika tidak terkoneksi dengan irigasi, maka bisa dibuat sumur di area lahan vanili, dan dialirkan dengan pompa.
“Jadi soal jarak, itu ada aturannya jika di dataran tinggi berapa, jika di dataran rendah berapa,” ungkapnya.
Salah seorang anggota PFPVI asal Situbondo, Hasan Basri membenarkan bahwa tanaman vanili juga sangat bagus di dataran rendah. Kata Hasan, dirinya menanam pohon vanili di sekitar rumahnya, tepatnya di Desa Tenggir Kecamatan Panji Kabupaten situbondo sebanyak kurang lebih 1.000 pohon.
“Itu saya tanam 6 bulan lalu. Ternyata bagus, sangat bagus. Psdahal di sini 17 mdpl (meter di atas permukaan laut). Ini satu-satunya lokasi tanaman vanili di dataran rendah di Situbondo,” jelasnya saat dihubungi terpisah.
Menurut Hasan, sebenarnya tanaman vanili di Situbondo cukup banyak namun semuanya di dataran tinggi kecuali milik dirinya. Saat ini, lanjutnya, Pemerintah Kabupaten Situbondo tengah menggalakkan budidaya tanaman vanili sebagai tanaman altenatif yang cukup menjanjikan.
“Saya sendiri, insyaallah ke depan akan mengembangkan tanaman vanili dengan lebih luas lagi karena cukup prospektif,” pungkasnya (Jbr-2/AAR).
