
Setiap tanggal 17 Ramadhan, umat Islam memperingati Nuzulul Qur’an, yaitu peristiwa turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad ﷺ. Namun, lebih dari sekadar mengenang sejarah, peristiwa ini seharusnya menjadi momen refleksi untuk semakin mendekatkan diri kepada Al-Qur’an. Bagaimana sebenarnya Al-Qur’an diturunkan? Apa hikmah-hikmahnya? Dan bagaimana Al-Qur’an mampu mengubah peradaban dunia?
Turunnya Al-Qur’an dan Transformasi Peradaban
Sebelum Al-Qur’an diturunkan, masyarakat Arab berada dalam masa yang dikenal sebagai Jahiliyah, yaitu zaman kebodohan dan kemerosotan moral. Kekacauan sosial, perang antarsuku, perbudakan, diskriminasi terhadap perempuan, serta penyembahan berhala menjadi pemandangan umum. Namun, setelah turunnya Al-Qur’an, peradaban dunia mulai berubah secara fundamental.
Al-Qur’an diturunkan dalam dua tahap utama:
- Dari Lauhul Mahfuz ke Baitul ‘Izzah (langit dunia) pada Lailatul Qadar, sebagaimana firman Allah:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.” (QS. Al-Qadr: 1)
- Dari Baitul ‘Izzah ke Nabi Muhammad ﷺ secara bertahap selama 23 tahun, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا
“Dan (Al-Qur’an) itu telah Kami turunkan secara berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya secara bertahap.” (QS. Al-Isra’: 106)
Dengan turunnya Al-Qur’an, Islam membawa transformasi besar dalam berbagai aspek kehidupan:
- Sosial: Islam menghapuskan perbudakan secara bertahap, mengangkat kedudukan perempuan, dan menegakkan keadilan sosial.
- Politik: Dari sistem suku yang terpecah, Islam membangun pemerintahan yang berdasarkan hukum ilahi.
- Ilmu Pengetahuan: Islam mendorong pencarian ilmu, yang kemudian melahirkan Zaman Keemasan Islam dengan berbagai kemajuan dalam sains dan teknologi.
- Ekonomi: Islam memperkenalkan sistem zakat dan larangan riba, menciptakan ekonomi yang lebih adil.
Wahyu Pertama dan Reaksi Nabi ﷺ
Wahyu pertama turun ketika Nabi ﷺ sedang berkhalwat di Gua Hira. Malaikat Jibril datang dan berkata: اقْرَأْ (Bacalah!)
Namun Nabi ﷺ menjawab: مَا أَنَا بِقَارِئٍ (Aku tidak bisa membaca).
Jibril lalu memeluk Nabi ﷺ dengan erat dan mengulangi perintahnya. Hingga akhirnya, Allah menurunkan ayat pertama:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1-5)
Setelah peristiwa ini, Rasulullah ﷺ pulang dalam keadaan gemetar dan berkata kepada istrinya, Khadijah r.a.: زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي(Selimuti aku, selimuti aku!).
Khadijah lalu menenangkan beliau dan membawanya ke Waraqah bin Naufal, seorang pendeta Nasrani yang menguasai kitab-kitab suci. Waraqah berkata:
هَذَا النَّامُوسُ الَّذِي أُنْزِلَ عَلَى مُوسَى
“Ini adalah wahyu seperti yang pernah turun kepada Musa. Jika aku masih hidup saat kaummu mengusirmu, aku akan membantumu.” (HR. Al-Bukhari, no. 3)
Al-Qur’an Mengubah Peradaban Dunia
Salah satu bukti kekuatan Al-Qur’an adalah bagaimana ia mampu mengubah hati manusia dan membangun peradaban yang lebih maju.
- Kisah Umar bin Khattab
Umar bin Khattab adalah salah satu musuh terbesar Islam sebelum akhirnya masuk Islam. Ia bahkan pernah berniat membunuh Nabi ﷺ. Namun, suatu hari, ketika ia mendengar bacaan QS. Thaha dari saudarinya Fathimah binti Khattab, hatinya bergetar.
Setelah masuk Islam, Umar bin Khattab kemudian menjadi salah satu pemimpin besar yang membangun peradaban Islam. Di bawah kepemimpinannya sebagai khalifah, Islam menyebar ke Persia dan Romawi, serta menegakkan sistem pemerintahan yang adil.
- Kisah Al-Walid bin Al-Mughirah
Al-Walid bin Al-Mughirah, seorang tokoh Quraisy yang kaya dan berpengaruh, awalnya sangat menentang Al-Qur’an. Namun, ketika ia mendengar bacaan Al-Qur’an, ia justru terpesona. Ia berkata:
إِنَّ لَهُ لَحَلَاوَةً، وَإِنَّ عَلَيْهِ لَطَلَاوَةً، وَإِنَّهُ لَمُثْمِرٌ أَعْلَاهُ، مُغْدِقٌ أَسْفَلَهُ، وَإِنَّهُ لَيَعْلُو وَلَا يُعْلَى
“Sungguh, (Al-Qur’an) ini memiliki keindahan, ia begitu bercahaya, bagian atasnya penuh buah, bagian bawahnya penuh air yang melimpah. Ia pasti akan menang dan tidak akan dikalahkan!”
Namun, karena tekanan dari kaum Quraisy, Al-Walid menolak beriman dan akhirnya Allah mengecamnya dalam Surah Al-Muddassir:
إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ
“Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang hendak dikatakannya). Maka celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan?” (QS. Al-Muddassir: 18-19)
Kisah Al-Walid menunjukkan bahwa bahkan musuh Islam pun tidak bisa menyangkal keindahan dan kekuatan Al-Qur’an.
- Peradaban Islam dan Ilmu Pengetahuan
Setelah Islam menyebar, lahirlah peradaban emas yang menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia. Banyak ilmuwan Muslim yang terinspirasi oleh Al-Qur’an untuk melakukan penelitian dan inovasi. Beberapa di antaranya adalah:
- Al-Khwarizmi (Bapak Aljabar)
- Ibnu Sina (Pakar kedokteran)
- Al-Biruni (Ahli astronomi)
- Ibnu Khaldun (Perintis ilmu sosiologi dan sejarah)
Semua pencapaian ini berakar dari perintah pertama dalam Al-Qur’an: اقْرَأْ (Bacalah!), yang mendorong manusia untuk terus belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Penutup: Kembali kepada Al-Qur’an
Nuzulul Qur’an bukan hanya peristiwa sejarah, tetapi juga pengingat bagi kita semua bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidup yang harus dipegang teguh. Allah berfirman:
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُّبِينٌ يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ
“Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan Kitab yang menjelaskan. Dengan kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan.” (QS. Al-Ma’idah: 15-16)
Sejarah membuktikan bahwa ketika umat Islam berpegang teguh kepada Al-Qur’an, mereka mencapai kejayaan. Namun ketika mereka menjauhinya, peradaban mereka mengalami kemunduran.
Maka, sudah saatnya kita kembali kepada Al-Qur’an, membacanya, memahaminya, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kita tidak hanya memperingati Nuzulul Qur’an sebagai tradisi tahunan, tetapi menjadikannya sebagai awal dari perubahan besar dalam hidup dan peradaban kita. وَاللَّهُ أَعْلَمُ.
Penulis adalah Praktisi Pendidikan dan Dakwah serta Koordinator Pemberdayaan Perempuan Ikatan Sarjana Nahdhatul Ulama’ (ISNU) Jawa Timur