Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental: Antara Manfaat dan Bahaya
Oleh: Aisyah Ajhury Al Hasani

Di era digital ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dari sekadar berbagi momen hingga mencari informasi terkini, media sosial menawarkan berbagai kemudahan. Namun, di balik manfaatnya, media sosial juga memiliki sisi gelap yang dapat berdampak pada kesehatan mental.
Banyak orang tanpa sadar mengalami stres, kecemasan, bahkan depresi akibat penggunaan media sosial yang tidak terkendali. Selain itu, media sosial juga dapat memicu emosi berlebihan, baik dalam bentuk kemarahan, iri hati, atau kesedihan mendalam. Lalu, bagaimana Islam memandang fenomena ini?
Manfaat Media Sosial Jika Digunakan dengan Bijak
Meskipun sering dikritik, media sosial memiliki manfaat yang tidak bisa diabaikan jika digunakan secara bijak:
- Sarana Dakwah dan Penyebaran Ilmu
Media sosial dapat digunakan untuk menyebarkan kebaikan dan ilmu yang bermanfaat. Banyak ulama dan dai yang memanfaatkan platform ini untuk berdakwah, menyampaikan kajian Islam, dan memberikan nasihat bagi umat. Allah ﷻ berfirman:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan kebajikan, dan berkata, ‘Sungguh, aku termasuk orang-orang Muslim’?” (QS. Fussilat: 33)
- Meningkatkan Silaturahmi
Dengan media sosial, seseorang dapat tetap terhubung dengan keluarga dan sahabat yang jauh. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.” (HR. Bukhari, no. 2067; Muslim, no. 2557)
- Sarana untuk Berbagi Inspirasi dan Motivasi
Banyak orang yang mendapatkan motivasi dan inspirasi dari konten-konten positif di media sosial, baik dalam hal ibadah, bisnis, maupun pengembangan diri.
Bahaya Media Sosial bagi Kesehatan Mental
Di balik manfaatnya, media sosial juga memiliki dampak buruk jika tidak digunakan dengan bijak. Berikut beberapa bahaya yang mengintai pengguna media sosial:
- Memicu Kecemasan dan Stres
Sering kali, seseorang tanpa sadar membandingkan hidupnya dengan kehidupan orang lain di media sosial. Foto-foto perjalanan, pencapaian, dan gaya hidup mewah orang lain dapat menimbulkan perasaan kurang puas terhadap hidup sendiri, yang akhirnya memicu stres dan kecemasan.
Allah ﷻ mengingatkan:
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلٰى مَا مَتَّعْنَا بِهٖۤ اَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيْهِۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَّاَبْقٰى
“Dan janganlah engkau panjangkan pandanganmu kepada apa yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (berupa) keindahan kehidupan dunia sebagai ujian bagi mereka. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Thaha: 131)
- Memicu Emosi Berlebihan
Media sosial dapat menjadi pemicu utama emosi berlebihan, baik itu kemarahan, iri hati, atau kesedihan. Banyak orang yang terbawa emosi saat membaca berita hoaks, komentar negatif, atau perdebatan yang tidak bermanfaat. Hal ini dapat memicu pertengkaran, stres, dan bahkan permusuhan. Rasulullah ﷺ mengingatkan:
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
“Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari, no. 6114; Muslim, no. 2609)
Selain itu, banyak orang yang merasa sedih atau kecewa setelah melihat kehidupan orang lain yang tampak lebih sempurna di media sosial. Padahal, apa yang terlihat di media sosial sering kali hanya bagian terbaik yang ingin ditampilkan, bukan realitas sesungguhnya.
- Ketergantungan dan Kecanduan
Media sosial dirancang untuk membuat penggunanya betah berlama-lama di dalamnya. Notifikasi, likes, dan komentar dapat memicu pelepasan dopamin di otak, yang menyebabkan kecanduan. Jika tidak dikendalikan, seseorang bisa menghabiskan waktu berjam-jam di media sosial tanpa menyadari dampaknya terhadap kehidupan nyata.
- Menurunkan Kualitas Tidur
Banyak orang yang sulit tidur karena terlalu asyik bermain media sosial sebelum tidur. Paparan cahaya biru dari layar ponsel dapat mengganggu produksi hormon melatonin yang berperan dalam mengatur siklus tidur.
- Meningkatkan Rasa Kesepian dan Depresi
Ironisnya, meskipun media sosial bertujuan untuk menghubungkan orang, banyak pengguna justru merasa lebih kesepian. Interaksi yang terjadi di dunia maya sering kali tidak dapat menggantikan hubungan sosial yang nyata.
Bagaimana Islam Mengajarkan Keseimbangan dalam Penggunaan Media Sosial?
- Gunakan Waktu dengan Bijak
Allah ﷻ mengingatkan pentingnya menghargai waktu:
وَالْعَصْرِۙ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ إِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi waktu, sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS. Al-’Asr: 1-3)
- Menjaga Lisan dan Jari dari Ujaran yang Tidak Baik
Hindari menyebarkan berita hoaks, fitnah, atau komentar negatif di media sosial.
- Tetapkan Batasan Waktu Penggunaan
Disiplin dalam menggunakan media sosial sangat penting agar tidak mengganggu ibadah dan aktivitas lain yang lebih bermanfaat.

Kesimpulan
Media sosial bisa menjadi alat yang bermanfaat jika digunakan dengan bijak, tetapi juga bisa menjadi sumber masalah jika tidak dikendalikan. Islam mengajarkan keseimbangan dalam segala hal, termasuk dalam penggunaan media sosial. Dengan memanfaatkan media sosial untuk hal-hal yang positif dan membatasi penggunaannya agar tidak mengganggu kehidupan nyata, kita bisa menjaga kesehatan mental dan spiritual sekaligus tetap terhubung dengan dunia digital secara sehat.
Mari gunakan media sosial dengan penuh kesadaran, demi kebaikan diri sendiri dan orang lain (*).
Penulis adalah Praktisi Pendidikan dan Dakwah serta Koordinator Pemberdayaan Perempuan Ikatan Sarjana Nahdhatul Ulama’ (ISNU) Jawa Timur