Khotib Salat Idul Fitri, H Achmad Sudiyono: Kepekaan Sosial Adalah Indikator Kesuksesan Puasa Ramadan

Jember, Portal Jawa Timur – Idul Fitri adalah momentum yang tepat untuk memperkokoh keimanan kepada Allah SWT sekaligus mempererat tali persaudaraan dengan sesama manusia.
Baca Juga: H Achmad Sudiyono: Jangan Karena Gus Fawait, Tapi Niatkan untuk Membangun Jember
Hal tersebut diungkapkan H Achmad Sudiyono saat menjadi khotib salat Idul Fitri di Majid Al-Ikhlas Kelurahan Kebonsari Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember Jawa Timur, Senin (31/3/2025).
Baca Juga: H Achmad Sudiyono: Pak Hadi Sasmito Belum Tentu Salah. Yang Saya Tahu Dia Pekerja Keras
Menurut H Achmad, sapaan akrabnya, orientasi puasa Ramadan yang dilaksanakan selama sebulan penuh dan disempurnakan dengan Salat Idul Fitri mengerucut pada satu titik, yaitu terdongkraknya grafik keimanan pada diri orang yang berpuasa.
“Hablum minallah wa hablum minannas. Hubungan kepada Allah dan relasi dengan manusia, tetap terjaga. Hablum minannas salah satu wujudnya adalah kepekaan sosial,” ujarnya.
Menurutnya, salah satu fungsi puasa adalah membentuk kepekaan sosial umat Islam. Katanya, puasa Ramadan hanya sebulan, namun penderitaan orang miskin tidak hanya sebulan dua bulan tapi berbulan-bulan tanpa tahu kapan akan berakhir.
“Maka bagi kita umat Islam, puasa Ramadhan adalah littarbiyah (untuk pendidikan). Bagaimana sejatinya kita hidup bermasyarakat, bersosial, dan sebagainya, dari puasa Ramadan-lah kita bisa memperoleh,” urainya.
Ia menambahkan, yang terpenting adalah ujung dari puasa Ramadan adalah tidak sekadar meraih pahala tapi timbulnya kepekaan sosial, dan mengimplementasikannya di tengah-tengah masyarakat.
“Jadi kepekaan sosial adalah indikator kesuksesan puasa Ramadan. Jika belum timbul kepekaan sosial berarti puasanya belum berhasil dalam arti yang substantif, belum mencapai derajat la’allakum tattaqun,” jelasnya.
H Achmad menambahkan, ada kalanya hati manusia menjadi keras, tidak bisa menerima masukan dan sebagainya. Hati yang keras kerap kali tidak memiliki ruang sedikitpun untuk tumbuhnya kepekaan sosial.
Sembari mengutip Hadits Nabi Muhammad SAW, bahwa hati yang keras bisa menjadi lembut dengan cara sering mengusap kepala anak yatim dalam arti memberikan santunan dan juga menyambung tali silaturahmi kepada orang-orang miskin.
“Dengan dua kegiatan ini, hati yang keras akan menjadi lembut,” pungkasnya (Jbr-1/AAR).