Agama

Rektor UIN KHAS Jember, Prof. Hepni Sodorkan Konsep SAKTI Agar Idul Fitri Bawa Perubahan Substantif

Jember,  Portal Jawa Timur – Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember, Prof. Hepni menegaskan bahwa Idul Fitri adalah hari kemenangan bagi umat Islam. Namun kemenangan tersebut hanya kemenangan personal, belum kemenangan kolektif.

Baca Juga: Khofifah Indar Parawansa Sebut UIN KHAS Jember Keren

“Hanya kemenangan formal belum kemenangan substantif,” ujarnya saat menyampaikan khotbah Salat Idul Fitri 1446 H. di Masjid Jamik Al-Baitul Amin Kabupaten Jember Jawa Timur, Senin (31/3/2025).

Baca Juga: Prof Hepni Sebut Watak Peradaban Alumni UIN KHAS Jember adalah Trilogi Ukhuwah Kiai Achmad Siddiq

Karena itu, untuk mengubah kemenangan personal menjadi  kemenangan kolektif dan  kemenangan formal menjadi kemenangan substantif, Prof Hepni menyodorkan 5 konsep yang terangkum dalam kata SAKTI.

“Sakti dalam arti akronim.  Yaitu sinergis, adaptif, kontemplatif, kreatif, transformatif, dan yang kelima adalah inovatif atau inspiratif,” jelasnya.

Pertama adalah sinergis. Yaitu bahwa umat Islam sudah seharusnya secara Intens melakukan konsolidasi membangun persatuan dengan mengabaikan perseteruan, meningkatkan kualitas silaturahim menjadi sebuah kekuatan besar bagi umat Islam.

“Umat Islam harus betul-betul bersatu dengan meninggalkan ragam perbedaan yang amatiran,” terangnya.

Kedua adalah adaptif. Maksudnya umat Islam harus memilki kemampuan untuk beradaptasi dengan dinamika perkembangan zaman. Umat Islam tidak boleh ketinggalan, terutama dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Prof Hepni lalu menyitir Al-Qur’an: Hal yastawil ladzina ya’lamun walladzina la ya’lamun. ‘Apakah sama orang yang berpengetahuan dengan orang yang tidak berpengetahuan?’

“Hanya mereka yang berpengetahuan yang berpeluang untuk kemudian mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah SWT,” terangnya.

Ketiga adalah kontemplatif. Prof Hepni menukil sebuah Hadits Nabi Muhammad SAW yang menceritakan tentang suatu masa di mana umat Islam diperebutkan seperti kawanan serigala yang mengepung domba.  Sahabat bertanya kepada Rasulullah: ‘Apakah kami pada saat itu sedikit ya Rasulullah?’

Rasulullah menjawab: ‘Kalian saat itu banyak jumlahnya tetapi seperti buih yang mengapung. Musuh-musuh kalian tidak ada yang takut. Kalian bercerai-berai satu sama lain’.

“Kenapa demikian ya Rasulullah? Karena kebanyakan umatku di akhir zaman terkena penyakit wahn, kata Rasulullah. Wahn adalah cinta dunia dan takut mati,” ucap Prof Hepni menukil Hadits Nabi Muhammad SAW.

Keempat adalah transformatif.  Maksudnya adalah umat Islam harus selalu menjadi lokomotif utama dalam bertransformasi. Melakukan perubahan-perubahan kepada yang lebih baik. Tentu saja Idul Fitri adalah proses perubahan yang sesungguhnya dari manusia biasa menjadi manusia luar biasa

Katanya, transformasi atau perubahan  yang ideal adalah perubahan ulat, bukan perubahan ular. Kalau perubahan ular, hanya casing-nya tetapi aromanya dan karakternya tetap karakter ular.

Yang didambakan adalah perubahan ulat. Dari ulat yang melata, yang tidak disukai kemudian bertransformasi menjadi kupu-kupu.

“Semula melata, sekarang terbang tinggi, semula tidak disukai, hari ini menjadi kesukaan semua orang,” tuturnya.

Kelima adalah inspiratif. Umat Islam menjadi model dari program-program penguatan kelembagaan, dari program penguatan eksistensi lewat sebuah program-program nyata. Bahkan Rasulullah disebut sebagai perangkat uswah yang baik. Yakni teladan yang baik. Maka umatnya hendaknya menjadi teladan bagi umat-umat yang lain, terutama dalam kedekatannya dengan Allah SAW, dan dalam kedamaiannya serta memberi ketenteraman kepada yang lain.

“Di situlah kemudian akan terwujud perubahan dari sekadar kemenangan personal menjadi kemenangan kolektif, dari sekadar kemenangan formal menjadi kemenangan substantif,” pungkasnya (Jbr-1/AAR).

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
error: Content is protected !!