KH MAS Abdul Hannan Manggisan Tanggul: Mengukir Warisan Ilmu Falak, Fiqih, dan Al-Qur’an Sebagai Teladan Keilmuan
Oleh : Aisyah Ajhury Al Hasani
KH MAS Abdul Hannan, ulama besar asal Sidogiri yang bermukim di Manggisan Kec. Tanggul Jember, yang bergelar Al ‘Alim Al ‘Allamah dilahirkan pada tahun 1910 Masehi. Walaupun tanggal dan bulan kelahirannya tidak diketahui secara pasti, usia beliau mencapai 81 tahun saat wafat pada tahun 1991, tepat di bulan Sya’ban pada malam Imtihan. Kepergian beliau meninggalkan warisan keilmuan, kebijaksanaan, dan keteladanan yang terus hidup dalam sanubari umat Islam.
Jejak Keilmuan dan Silaturahim Ulama: Pengaruh KH MAS Abdul Hannan dalam Mendidik Generasi Ulama
KH MAS Abdul Hannan Kiai kelahiran Sidogiri Pasuruan ini hidup di era yang sama dengan beberapa tokoh ulama besar di Jember, di antaranya Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid, KH Ahmad Shiddiq Jember. Kehidupan mereka saling berinteraksi dalam suasana keilmuan dan ukhuwah Islamiyah yang erat. Habib Sholeh Al-Hamid, yang dikenal luas sebagai seorang waliyullah sering mengunjungi kediaman KH Abdul Hannan untuk sekadar bertanya tentang hukum-hukum fiqih atau berbagi cerita mengenai keluarga. Hal ini disampaikan langsung oleh cucu beliau, Umi Syifa’ Al-Hamid, yang menyaksikan hubungan akrab di antara kedua ulama besar ini.
Selain itu, KH Abdul Hannan juga dikenal sebagai kiai yang melahirkan banyak santri yang telah menjadi kiai-kiai besar di tanah air. Di antaranya adalah:
- Kiai Mas’udi Hasan Bondowoso
- Kiai Mansur Subqi Wringin Agung
- KH Abdul Munif Wringin Agung
- KH Abdullah Nasir Sampang
- KH Fauzi Damanhuri Batu Ampar
- KH Muchlis Damanhuri Batu Ampar
- KH Zuhri Sirajuddin Banyu Putih
- KH Usman Bondowoso
- KH Saifuddin Jamil Gumuk Kembar
- KH Abdul Mu’ti Bangil
- KH Yazid Bustomi Rembang Pasuruan
- KH Kholili Hasbullah Susukan Rejo Ponjentrek Pasuruan
- KH Mi’ad Imaduddin Maron Probolinggo
- KH Munir Sentong Kraksaan Probolinggo
- KH Sa’dullah Nawawi Sidogiri
- KH Samsul Huda bin KH Hasan Bisri Karanglo Tanggul
- Kiai Subqi Wringin Agung Jombang Jember dan banyak lagi. Beliau membimbing para santri dengan penuh dedikasi, menanamkan nilai-nilai keilmuan, akhlak, dan keteguhan dalam beragama, yang kelak membekali mereka untuk menyebarkan dakwah Islam di berbagai penjuru nusantara. Keberhasilan beliau dalam mendidik dan membimbing generasi penerus ulama mencerminkan keteladanan beliau sebagai seorang kiai yang tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga mengajarkan arti pentingnya ukhuwah, kedalaman spiritual, dan kesungguhan dalam mengabdi kepada umat.
Pendidikan dan Guru-Guru Masyhur
Perjalanan pendidikan KH Abdul Hannan dimulai dengan belajar selama di Pondok Pesantren Sidogiri di bawah asuhan KH MAS Abdul Jalil bin Fadil. Beliau kemudian melanjutkan pendidikannya selama empat tahun di Pondok Pesantren Sukun Sari yang diasuh oleh pamannya, KH MAS Dahlan bin Nurhasan. Tidak berhenti di situ, semangat keilmuan beliau membawanya ke Tanah Suci Mekkah, tempat beliau menimba ilmu selama 10 tahun.
Di Mekkah, KH MAS Abdul Hannan berguru kepada ulama-ulama besar, di antaranya:
- Syaikh Said Al-Yamani, seorang ulama terkemuka dan merupakan mufti Makkah bermadzhab Syafi’iyyah yang dikenal dengan keilmuannya yang mendalam.
- Sayyid Abbas bin Abdul Aziz Al-Maliki Al Hasani, guru besar yang memiliki pengaruh luas dalam keilmuan Islam dan notabene merupakan kakek dari Abuya Sayyid Muhammad Al Maliki Al Hasani.
- Syaikh Zubair Umar Al-Jawi, seorang ulama asal Salatiga, Jawa Tengah, yang masyhur dengan ilmu falak dan kealimannya hingga menjadi salah satu guru bidang ilmu falak di Makkah kala itu.
Masih banyak guru lainnya yang tidak tercatat dengan rinci, namun hubungan beliau dengan para ulama tersebut menunjukkan kedalaman dan keluasan jaringan keilmuan KH Abdul Hannan.
KH MAS Abdul Hannan: Ulama Besar yang Zuhud dan Low Profile
KH Abdul Hannan, seorang ulama besar asal Manggisan, Tanggul, Jember, merupakan sosok monumental dalam khazanah keilmuan Islam khusunya di daerah Jember. Sebagai pendiri Pondok Pesantren Fatihul Ulum Manggisan Tanggul, beliau dikenal luas sebagai seorang pendidik ulung, ahli ilmu falak, hafidz Al-Qur’an, pakar tafsir, ahli fiqih, dan kompeten dalam bidang hadits. Karakteristik beliau yang menonjol adalah ketegasan berpadu dengan sifat zuhud yang mendalam hingga membuat beliau menjauh dari hingar bingar popularitas. Semasa hidupnya, KH Abdul Hannan pernah menjadi anggota Konstituante Republik Indonesia, sebuah peran yang mencerminkan kontribusinya dalam tatanan sosial dan politik.
Konstituante adalah lembaga yang dibentuk di Indonesia setelah Pemilu 1955 untuk menyusun Undang-Undang Dasar baru, menggantikan UUD Sementara 1950. Lembaga ini merupakan hasil pemilihan umum demokratis pertama di Indonesia dan terdiri dari 550 anggota yang dipilih rakyat, serta 14 anggota tambahan dari golongan tertentu. Konstituante bertugas menyusun konstitusi tetap yang akan menjadi dasar hukum dan pemerintahan Indonesia.
Keistimewaan beliau tidak hanya terlihat dalam kapasitas keilmuannya, tetapi juga dalam akhlaknya yang mulia. KH Abdul Hannan terkenal enggan menyuruh santri melakukan tugas-tugas tertentu, seperti memperbaiki genteng atau perabot pondok. Beliau sangat welas asih kepada sesama, bahkan memaafkan orang-orang yang pernah mencaci-maki dirinya. Sifat zuhud beliau juga tampak dalam ketidaksukaannya terhadap kemewahan dunia, sering kali menolak hadiah dari anggota dewan pada masa itu. Kisah-kisah ini diceritakan langsung oleh Nyai Hj. Muslimah Abdul Hannan, Nyai Hj. Azizah Abdul Hannan, dan Nyai Mu’inah Abdul Hannan, yang notabene merupakan puteri beliau.
Kepribadian luhur KH Abdul Hannan semakin lengkap dengan garis keturunan (nasab) beliau yang mulia, yang tersambung kepada Rasulullah SAW melalui jalur Sunan Gunung Jati.
Berikut adalah susunan nasab KH MAS Abdul Hannan:
KH Abdul Hannan bin Nyai Fathanah binti KH Nurhasan bin KH Nur Khatim bin KH Asror Bangkalan bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Sulaiman (Kiai Kanigoro Mojoagung) bin Sayyid Zain ing (Sunan Gunung Jati) bin Sayyid Ishaq Sutamaharaja bin Sayyid Ibrahim Maulana Ishaq bin Sayyid Junaid bin Sayyid Abdul Qodir bin Sayyid Syu’aib bin Sayyid Abdul Jabbar bin Sayyid Abdul Razaq bin Sayyid Abdul Aziz bin Sayyid Saleh bin Sayyid Abdul Qadir Al-Jilani bin Sayyid Abu Shaleh Musa Janki Dausat bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Musa Al-Jun bin Sayyid Abdullah Al-Mahdi bin Sayyid Al-Hasan Al-Mutsanna bin Sayyid Hasan As-Sibthi bin Sayyidatina Fathimah Az-Zahra’ binti Rasulullah Muhammad SAW.
Warisan dan Karya KH MAS Abdul Hannan
Salah satu kontribusi terbesar KH Abdul Hannan adalah Jadwal Sholat Sepanjang Masa, yang hingga kini terpampang di Masjid Al-Baitul Amin, Jember. Jadwal ini merupakan hasil hisab mendalam yang mencerminkan kejeniusan beliau di bidang ilmu falak. Ketepatan dan keandalannya menjadikan jadwal tersebut pedoman waktu sholat bagi masyarakat Jember dan sekitarnya.
Di samping itu, KH MAS Abdul Hannan telah menghafal Al-Qur’an 30 juz dengan mutqin, menunjukkan kecintaan dan dedikasinya terhadap kitab suci. Keilmuannya dalam tafsir Al-Qur’an menjadikan beliau rujukan untuk menggali makna-makna mendalam yang terkandung dalam Al-Qur’an. Tidak hanya itu, penguasaannya terhadap ilmu hadits melengkapi keistimewaannya sebagai ulama yang memiliki pemahaman mendalam terhadap sanad, matan, dan penerapan hadits dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai sosok kiai yang dihormati, KH Abdul Hannan dikenal tidak hanya karena keilmuannya, tetapi juga kebijaksanaannya dalam menjaga tradisi dan nilai-nilai Islam. Ketokohan beliau tetap menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan penting. Salah satu contohnya adalah ketika panitia pembangunan Masjid Al-Baitul Amin sepakat untuk tidak membongkar masjid lama atas saran beliau demi menghormati nilai historis dan spiritual yang melekat. Hingga kini, masjid tersebut tetap berdiri kokoh sebagai saksi sejarah perjalanan Islam di Jember sekaligus penghormatan terhadap jasa dan karya beliau.
Sebagai keturunan Rasulullah SAW, KH Abdul Hannan mencerminkan akhlak mulia dan kebijaksanaan yang melekat dalam garis keturunannya. Sikap beliau yang penuh tawadhu, kecintaan terhadap ilmu, serta dedikasi untuk mengabdi kepada umat, menginspirasi banyak orang, khususnya para santri di Pondok Pesantren Fatihul Ulum.
Warisan KH Abdul Hannan berupa ilmu, tradisi, dan nilai-nilai Islam terus hidup di tengah masyarakat. Keberhasilannya menciptakan jadwal shalat yang akurat, menghafal Al-Qur’an, menguasai tafsir dan hadits, serta mendalami ilmu falak menunjukkan bagaimana seorang ulama mampu memberi solusi nyata yang bermanfaat bagi umat lintas generasi.
KH Abdul Hannan adalah nama besar yang tidak hanya mencatatkan namanya dalam sejarah, tetapi juga menjadi teladan dalam membangun peradaban Islam. Keberhasilan beliau adalah inspirasi abadi bagi generasi penerus untuk menjaga tradisi, mengembangkan ilmu, dan tetap meneladani akhlak Rasulullah SAW (*).
Penulis adalah praktisi pendidikan dan dakwah dan merupakan koordinator pemberdayaan perempuan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur.