Rektor UIN KHAS Jember Prof Hepni: Yang Dibutuhkan Sarjana Adalah Perubahan Ulat, Bukan Perubahan Ular
Jember, Portal Jawa Timur – Sejak lama mahasiswa mendapat sebutan agent of change (agen perubahan). Ketika era reformasi bergulir, sebutan itu semakin nyaring diteriakkan. Hingga akhirnya gerakan mahasiswa bersama seluruh elemen bangsa mampu menggerus hegemoni orde baru. Soeharto tak lagi digdaya, dan akhirnya tumbang oleh perjuangan mahasiswa.
Namun sebelum benar-benar menjadi agen perubahan, mahasiswa lebih-lebih yang sudah menjadi sarjana perlu melakukan perubahan substantif, bukan sekadar perubahan casing. Perubahan dari mahasiswa menuju sarjana hanyalah perubahan casing alias bungkus. Jika mahasiswa hanya mencukupkan dengan perubahan itu, alangkah naifnya.
Baca Juga: Prof Hepni Sebut Alumni UIN KHAS Jember Harus Mempunyai Karakter yang Khas, Ini Penjelasannya
“Bahwa anda sarjana itu perubahan casing, tapi tunjukkan bahwa ini perubahan substantif. Yang dibutuhkan sarjana adalah perubahan ulat, bukan perubahan ular,” ucap Rektor UIN KHAS Jember Prof Hepni Zain saat menyampaikan pidato dalam Sidang Senat Terbuka Wisuda Sarjana S1 LVIX dan Pascasarjana S2 XLI di Gedung Kuliah Terpadu, Kamis (20/6/2024).
Baca Juga: Fida, Hafal 30 Juz Al-Qur’an Sekaligus Wisudawan Terbaik UIN KHAS Jember: Ini Dia Profilnya
Katanya, cara ular berubah hanya berganti kulit dengan cara yang sangat alami. Sedangkan organ yang lainnya tidak mengalami pergantian. Ular hanya kulitnya yang berubah, sementara makanannya, aromanya, sifat dan kepribadiannya tetap, tak ada perubahan.
Sementara cara berubah ulat cukup substantif. Dari ulat bermetamorfose menjadi kupu-kupu. Dari segi bentuk dan prilaku serta makanannya, kupu-kupu sudah berbeda jauh dengan ulat. Kalau dulu selama menjadi ulat berjalan melata, tapi sejak menjadi kupu-kupu terbang. Jika sebelumnya dia dibenci manusia, tapi sekarang disayang oleh manusia.
“Itu karena ada perubahan substansial pada dirinya, mulai dari bentuk, perilaku, cara pikirnya, dan cara menyikapi sesuatu,” urainya.
Prof Hepni menegaskan, sarjana harus berubah untuk membuat perubahan di tengah-tengah masyarakat. Perubahan ke arah yang lebih baik, tentunya. Berubah secara total, mulai dari perilaku, cara berpikir, akhlaq dan sebagainya.
“Siapa (sarjana) yang hari ini masih berjalan melata, maka segeralah berubah agar bisa terbang. Siapa yang hari ini lambat jalannya segeralah berubah seperti perubahan ulat ke kupu-kupu,” terangnya.
Setelah terjun ke masyarakat, para wisudawan bukan tidak mungkin akan mendapatkan banyak pertanyaan. Dari jawaban tersebut, bisa diketahui kemampuan intelektual, softskill dan psikomotorik para wisudawan. Sebuah pertanyaan kadang bisa dijawab dengan pertanyaan juga. Oleh karena itu, wisudawan harus jeli, cerdas, dan pandai membaca situasi.
“Misalnya ada pertanyaan, kenapa orang ngentut itu duburnya (hadats), tapi kok yang disucikan wajahnya (ambil wudlu’). Maka pertanyaan ini bisa dijawab dengan pertanyaan juga: kenapa orang yang sakit mata, kok yang disuntik pantatnya,” pungkasnya (Jbr-1/AAR).