Opini

Peringatan Maulid Nabi dan Haul Masyayikh Salafiyah Bangil: Menggali Makna Spiritualitas dan Warisan Keilmuan

Oleh: Aisyah Ajhury Al Hasani

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul Masyayikh Salafiyah di Bangil pada tanggal 4 September 2024 merupakan dua momen penting yang dirayakan dengan penuh khidmat dan kekhusyukan oleh para alumni dan santri di pesantren Salafiyah Bangil. Kedua acara ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi antar alumni, tetapi juga menjadi momentum untuk mengingat kembali ajaran-ajaran Rasulullah saw serta mengenang jasa para Masyayikh yang telah berkontribusi besar dalam memperkuat basis intelektual para santri.

Mengingat Guru dan Menginspirasi Melalui Ashabul Haul

Pada peringatan Haul Masyayikh Salafiyah Bangil, suasana penuh khidmat dan kesakralan menyelimuti acara yang dihadiri oleh ribuan santri dan alumni. Dalam acara yang menjadi tradisi tahunan ini, Bunyai Hj. Maryam dari Pekalongan yang merupakan alumni Salafiyah Bangil memberikan ceramah yang sangat mengena di hati para hadirin.

Menghormati Guru: Pesan Mendalam Bunyai Hj. Maryam

Dalam ceramahnya, Bunyai Hj. Maryam menekankan pentingnya menghormati guru sebagai salah satu kunci keberkahan ilmu. Beliau mengajak para santri dan alumni untuk selalu menempatkan guru pada posisi yang terhormat. Dalam ceramahnya, beliau mengutip kisah Raja Iskandar Dzul Qarnain, yang ketika ditanya mengapa lebih menghormati gurunya daripada orang tuanya, maka ia menjawab, “Orang tuaku menurunkanku dari langit ke bumi, sedangkan guruku mengangkatku dari bumi ke langit.”

Pesan ini begitu kuat menggema, mengingatkan para santri dan alumni akan jasa besar para guru yang tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga membimbing mereka menuju jalan yang benar dan lurus. Bunyai Hj. Maryam menegaskan bahwa tanpa guru, ilmu yang diperoleh tidak akan membawa keberkahan dan manfaat yang seharusnya.

Sambutan Gus H Usama Harisun Baihaqi: Tentang Mengingat Kematian dan Meneladani Ashabul Haul. Dalam sambutannya, Gus Usama menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang hadir dan turut serta dalam penyelenggaraan haul ini. Beliau juga menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan yang mungkin terjadi selama acara berlangsung.

Gus Usama tidak hanya berhenti di situ, beliau juga memberikan nasihat yang menggugah hati mengenai pentingnya selalu mengingat kematian. “Ingatlah bahwa kita semua akan menghadapi kematian, dan saat itulah semua amalan kita akan dipertanggungjawabkan,” ujarnya dengan nada yang penuh kebijaksanaan. Dan beliau pun mengutip kalimat hikmah (وَكَفَى بِالْمَوْتِ مَوْعِظَةً) “cukuplah kematian sebagai pengingat/nasihat.”

Maksud dari ungkapan ini adalah bahwa kematian itu sendiri sudah cukup menjadi pelajaran atau nasihat yang paling kuat untuk mengingatkan manusia tentang kehidupan yang fana dan pentingnya mempersiapkan diri untuk akhirat. Dengan merenungkan kematian, seseorang diharapkan dapat memperbaiki perilaku dan hidup dengan lebih baik, mengingat bahwa kehidupan di dunia ini bersifat sementara dan akan ada kehidupan yang abadi setelahnya.

Beliau juga mengajak para hadirin untuk menjadikan ashabul haul, yaitu para masyayikh yang dihauli, sebagai motivasi untuk memantaskan diri agar kelak dapat berada dalam barisan mereka. Gus Usama menekankan bahwa kehidupan yang benar-benar bermakna adalah ketika kita bisa mengikuti jejak para ulama yang telah memberikan contoh hidup yang penuh dedikasi dan pengabdian kepada agama.

Kesimpulan

Sebuah Renungan Spiritual Peringatan Haul Masyayikh Salafiyah Bangil kali ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi dan doa bersama, tetapi juga sarat dengan renungan spiritual yang mendalam. Ceramah Bunyai Hj. Maryam dan sambutan Gus Usama memberikan pencerahan baru bagi para santri, alumni, dan hadirin lainnya untuk selalu menghormati guru serta mengingat kematian sebagai pengingat untuk memperbaiki diri. Dengan demikian, diharapkan acara ini tidak hanya menjadi sebuah ritual tahunan, tetapi juga momen untuk memperbarui niat dan meningkatkan kualitas diri dalam menjalani kehidupan sesuai ajaran Islam.

Penulis adalah alumni PPP Salafiyah Bangil, Praktisi Pendidikan dan Dakwah, Koordinator Pemberdayaan Perempuan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button