Kisah Pilu Perantau Asal Jember, Bayinya Tertahan di RS Sanglah Bali Karena Tak Ada Biaya
Baznas Jember Turun Tangan, Tebus Bayi untuk Membawanya ke Jember
Denpasar, Portal Jawa Timur – Kisah pilu perantau asal Jember terjadi di Bali. Perantau tersebut adalah sepasang suami-istri: Novi Marwati, 27, dan Ahmad Rizal, 31. Keduanya panik bukan kepalang lantaran bayinya yang baru lahir di RSUP Sanglah Denpasar tak boleh dibawa pulang. Sebab, keduanya tak punya biaya untuk menebusnya. Mereka juga tak memiliki kartu Indonesia sehat (KIS) sehingga harus membayar penuh biaya di rumah sakit.
Hingga Jumat (12/5) hari ini tercatat sudah sepekan bayi itu menjalani rawat inap di RS milik pemerintah tersebut. Rizal tak bisa berbuat banyak karena sudah mencoba mencari pinjaman ke sana sini namun masih belum cukup. Novi istrinya juga tak bisa berbuat apa-apa selain panik dengan linangan air mata.
BACA JUGA: PGM Jember Jalin Kerja Sama dengan UAS Kencong dan Baznas Jember
Ihwal kisah pilu ini berawal saat Novi, ibu si bayi mengalami kontraksi 5 Mei lalu. Padahal kehamilannya baru 8 bulan. Namun saat dibawa ke Puskesmas ternyata ketuban sudah pecah meski belum waktunya melahirkan. Dia pun dirujuk ke RS Sanglah Bali dan akhirnya harus menjalani rawat inap.
Sehari setelah itu, dia melahirkan secara normal dan bayinya selamat. Namun karena lahir prematur, harus menjalani perawatan khusus.
Hari ketiga pasca melahirkan, sang ibu sudah boleh pulang. Namun, bayi harus tetap menjalani rawat inap. Rizal, ayah bayi tersebut masih agak tenang melihat biaya perawatan istrinya sekitar Rp3 juta untuk tiga hari rawat inap. Sebab, saat itu dia sudah menyiapkan uang hasil pinjaman dari teman sekitar Rp5 juta. Biaya perawatan istrinya pun dia lunasi.
Namun dia syok ketika mengetahui biaya perawatan bayinya sudah lumayan tinggi. Dia pun menanyakan kira-kira kapan anaknya boleh pulang. Dia tak ingin anaknya lama-lama di rumah sakit.
“Pertimbangan utama soal biaya. Nggak mampu dan makin bingung saya, ” katanya.
Ketika meminta agar anaknya bisa dipulangkan pihak rumah sakit tidak mengizinkan karena pertimbangan medis. Anaknya lahir prematur, sehingga butuh perawatan khusus dan ada indikasi kuning. Dia semakin panik. Apalagi sampai hari kelima belum juga boleh dibawa pulang.
Baru sehari kemudian Rizal dikabari anaknya boleh pulang. Tapi alangkah kagetnya dia melihat tagihan rumah sakit yang terus membengkak hingga Rp9.750.000.
“Saya semakin nggak ngerti mau bagaimana. Kalau tidak saya bawa pulang pasti tambah banyak biayanya, ” jelas Rizal.
Hingga akhirnya kabar itupun sampai ke telinga warga Jember yang ada di Bali. Kisah pilu Rizal dan bayinya pun menyebar lewat info warga Jember Bali dan terus merembet ke Jember.
Sejumlah pihak pun lantas mencoba menggalang donasi termasuk meminta bantuan Baznas Jember. Mendapat kabar itu Baznas Jember sigap memutuskan berangkat ke Bali.
Dia bersama pimpinan lain yakni Abdul Azis, Wakil Ketua II didampingi Kepala Pelaksana dan sekretaris Baznas bergegas meluncur ke pulau Dewata itu.
“Kamis malam kami berangkat untuk menebus bayi Jember sekaligus memastikan kondisi anak serta orang tuanya dalam kondisi baik, ” kata MS Rasyid Wakil Ketua I Baznas Jember di RSUP Sanglah Denpasar Bali, Jumat (12/5/2023).
MS Rasyid menambahkan, Baznas merespons cepat karena tak ingin orang tua si bayi semakin panik. Selain itu, agar kondisi anak serta penanganan seterusnya terjamin. Sebab, kondisi ekonomi orang tua saat ini sangat memperihatinkan. Pasangan asli Sidodadi dan Mangli Jember itu masih kos, dan suami istri tidak bekerja. Untuk bayar kos saja tidak bisa apalagi makan sehari-hari. Mereka bertahan karena bantuan rekan-rekannya terutama warga Jember yang tergabung di IWJ.
Kemarin pagi setelah menemui orang tuanya dan berkoordinasi dengan IWJ Bali, kekurangan biaya di rumah sakit pun dilunasi yang total biaya perawatannya mencapai Rp 12.864.300. Bayi laki-laki mungil itupun akhirnya bisa dibawa pulang.
“Alhamdulillah pasangan muda ini sudah bisa tersenyum sekarang. Tinggal kita pikirkan penanganan selanjutnya termasuk pemulangan bayi ke Jember kalau sudah memungkinkan, ” pungkas Abdul Azis (Jbr-Aryudi AR).