Merawat Keragaman Adalah Kata Kunci Merawat Keutuhan Indonesia
Jember, Portal Jawa Timur – Indonesia terlahir dengan pluralitas budaya, etnis, agama, golongan, suku, dan sebagainya. Sehingga negeri ini tidak hanya kaya sumber daya alam, tapi juga kaya budaya. Keragaman ini adalah suatu kelebihan bahkan kekuatan yang tidak dimiliki bangsa lain, asalkan dirawat dengan baik.
“Karena itu betapa pentingnya merawat keragaman agar benar-benar menjadi kelebihan (keunggulan) bagi kita,” ujar Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Edy Budi Susilo saat memberikan sambutan dalam Sarasehan di Jember Pluralitas Hub, Kantor Bakesbangpol Kabupaten Jember, Jumat (12/5/2023) malam.
Menurut Edy jika keragaman itu tidak dirawat maka bisa menjadi pemicu pertikaian antar golongan bahkan antar umat beragama. Keragaman budaya bukan lagi sebuah kekuatan tapi menjadi celah munculnya konflik horisontal.
Baca Juga: Duh, Gempa Bumi 7,0 Skala Richter ‘Guncang’ Jember
“Itulah sebabnya kita gelar acara ini sebagai bagian dari ikhtiar untuk merawat keragaman. Maka kita undang tokoh-tokoh lintas agama, tokoh budaya, dan sebagainya. Kali ini kami juga undang Ketua OSIS SMA dan MA se-Jember agar juga mendapat pencerahan dari narasumber,” urainya.
Sementara itu, salah satu narasumber H Sujatmiko menegaskan bahwa 4 pilar kebangsaan yang dimiliki Indonesia merupakan alat pemersatu yang terbukti mampu menjaga keutuhan bangsa. Keempat pilar tersebut adalah Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
Baca Juga: Kader Bela Negara Jember Siap Hadang Perongrong NKRI
“Untungnya, dan kita wajib bersyukur punya 4 pilar itu yang perlu kita pedomani dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara,” ucapnya.
Menurutnya, merawat pluralitas di tengah-tengah masyarakat adalah suatu keniscayaan. Tidak ada kata lain kecuali harus mengelola keragaman dengan sungguh-sungguh sehingga perbedaan agama, suku, golongan dan sebagainya tidak menjadi sumbu pendek yang mudah menyulut api pertikaian.
“Jika kita lalai merawat, keragaman akan menjadi bumerang. Bayangkan, etnis kita saja jumlahnya ratusan jumlahnya. Perang antar etnis dan suku banyak terjadi di negara lain,” jelas H Sujatmiko yang juga tokoh budaya Jember itu.
Pemicu Konflik Bukan Karena Perbedaan Agama
Sedangkan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jember KH Abd. Muis Shanhaji mengungkapkan bahwa sesungguhnya perbedaan agama tidak menjadi masalah. Sebab, perbedaan agama adalah sunnatullah, sehingga sampai kiamatpun dan di negara manapun perbedaan agama pasti ada. Perbedaan tak perlu ditiadakan tapi biarlah perbedaan itu berjalan dalam harmoni.
“Jangankan perbedaan agama, dalam satu agamapun banyak terjadi perbedaan. Contoh nyata adalah perbedaan hari raya antara NU dan Muhammadiyah. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa membangun budaya toleransi agar kita tetap utuh dan hidup rukun,” ucapnya.
Gus Muis, sapaan akrabnya, lalu mengutip pernyataan tokoh pluralitas asal Madura, Islah Bahrawi. Katanya, penyebab munculnya teroris bukan karena perbedaan agama tapi lebih karena si teroris merasa yakin dirinyalah yang paling benar, sementara orang lain salah. Tidak ada toleransi sama sama sekali.
“Kalau yakin dengan agama yang dianutnya, silakan, bahkan itu wajib. Tapi jangan sampai keyakinan itu menghilangkan atau tidak menghormati apa yang diyakini orang lain, atau tidak menghargai keyakinan umat pada agamanya sendiri. Itu salah besar,” pungkasnya (Aryudi AR).