News

Jadi Khotib Saat Wukuf di Arafah, Wakil Rektor UIN KHAS Jember, Prof Hepni Membeber Kisah Nabi Adam

Jember,  Portal Jawa Timur – Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember, Prof. Dr. H. Hefni Zein didapuk menjadi khotib jamaah haji asal Indonesia saat Wukuf di Arafah (9 Dzulhijjah), Makkah, Saudi Arabia, Rabu (28/6/2023). Di kesempatan tersebut Prof Hefni membeber kisah Nabi Adam

Wukuf di Arafah adalah salah satu rukun ibadah haji. Menurut Prof Hefni, sapaan akrabnya,  Wukuf di Arafah mengandung banyak pelajaran yang mesti digali dalam-dalam. Pelajaran tentang taubat, kemanusiaan, dan sebgainya.

Dalam tausiyahnya yang mengusung judul Episentrum Restorasi Kemanusiaan Menuju Peradaban Marhamah itu, Prof. Hefni, menukil potongan sejarah perjalanan seorang pemuda bernama Adam, Prof Hefni membeber kisah Nabi Adam dengan panjang lebar.

pernah hidup dalam kesesatan dan jauh dari jalan yang lurus. Namun akhirnya menemukan jalan yang benar setelah menjalami taubat yang mendalam.

“Taubatnya (Adam) menjadi pembuka babak baru dalam hidupnya, mengajarkan pentingnya meninggalkan segala bentuk kemaksiatan,” paparnya di depan Jamaah KBIH Bismika, Al Qodiri, Al Hidayah, dan Jamaah mandiri lainnya.

Alumni Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-guluk, Sumenep Madura itu menambahkan, setelah mengalami transformasi spiritual yang kuat, Adam memutuskan untuk mengakhiri semua hubungan dengan segala bentuk kemaksiatan yang dulu pernah membelenggunya. Dia menghapus jejak-jejak dosa masa lalunya dan beralih ke arah yang baru, mengikuti jalan kebenaran.

Satu nilai yang dipegang teguh oleh Adam adalah persaudaraan kemanusiaan. Dia merajut nilai-nilai ini dengan gigih, memahami bahwa sebagai sesama manusia memiliki kewajiban untuk saling menyayangi dan memahami satu sama lain.

“Adam berusaha menjalin hubungan yang kuat dengan sesama manusia, tanpa memandang perbedaan ras, agama, atau budaya,” terang Prof. Hefni.

Dan wukuf di Arafah yang terjadi setiap tahun selama ibadah haji, telah menjadi sarana yang memungkinkan bagi umat Islam untuk mengasah performa spiritual secara menyeluruh.

Benang merahnya, lanjut Prof. Hefni, Adam telah menggali sumber daya dirinya yang terdalam untuk menunjukkan integritas, humanitas, spiritualitas, adabtibilitas, dan nilai-nilai Nahdlatul Ulama yang dijunjung tinggi.

iapun merinci bahwa Integritas menjadi landasan bagi Adam dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ia berusaha hidup jujur, bertanggung jawab, dan konsisten dalam prinsip-prinsip agamanya.

Humanitas, bagi Adam, adalah tentang memahami dan membantu sesama manusia yang membutuhkan, baik dalam hal material maupun emosional. Ia berupaya menjadi sumber kebaikan bagi orang lain.

Sedangkan sisi spiritualitas, Adam menjaga hubungannya dengan Allah SWT, berusaha memperdalam ibadah dan menguatkan ikatan dengan Sang Pencipta.

Adapun adabtibilitas menjadi kunci kesuksesan Adam dalam menjalani perjalanan hidupnya, mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dan tantangan yang ada. Sementara nilai-nilai Nahdlatul Ulama, menjadi panduan utama dalam menjalani kehidupan sehari-hari Adam, menumbuhkan semangat kebersamaan, toleransi, dan persaudaraan yang kuat.

“Adam, dengan semangat baru dan hati yang murni, berharap dapat menjadi teladan bagi umat Islam lainnya,” jelasnya.

Pelajaran yang layak dipetik dari kisah tersebut, kata Prof. Hefni, adalah bahwa hampir seluruh Muslim percaya taubat yang mendalam akan membuka pintu kehidupan yang lebih baik. Juga, memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri sebagaimana perjalanan spiritual Adam, telah menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang tak ternilai harganya.

Wukup di Arafah, jelasnya,  bukan sekadar mengajarkan integritas, humanitas, spiritualitas, dan adabtibilitas tapi juga momentum memutus relasi dengan semua bentuk kemaksiatan yang harus dipegang teguh oleh jamaah haji tidak hanya saat di Makkah, tapi di manapun berada sampai nyawa terpisah dari raga.

“Kisah Adam yang menemukan Arafah sebagai babak baru dalam hidupnya setelah taubat, harus menjadi bahan renungan bagi kita semua,” pungkas Prof. Hefni (Jbr-1/AAR),

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button