Etika Politik Dalam Perspektif Islam: Membangun Politik Santun dan Bermartabat
Oleh: Aisyah Ajhury Alhasani
Dalam menjalankan kehidupan berpolitik, Islam mengajarkan berbagai nilai luhur yang menuntun para pemimpin dan masyarakat untuk berperilaku santun, adil, dan penuh tanggung jawab. Di tengah dinamika politik modern, di mana strategi kampanye sering kali mengarah pada taktik negatif seperti black campaign dan playing victim, penting bagi kita untuk merujuk pada etika politik dalam perspektif Islam yang mengedepankan kejujuran, keadilan, dan kemaslahatan bersama.
Prinsip-Prinsip Etika Politik dalam Islam
- Kejujuran dan Integritas
Dalam Islam, jujur adalah salah satu sifat yang melekat pada setiap Muslim. Kejujuran tidak hanya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga dalam berpolitik. Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu campur-adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak, sedangkan kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 42). Prinsip ini menekankan bahwa informasi yang disampaikan kepada publik harus berdasarkan fakta, tidak ada manipulasi data atau penyebaran berita palsu yang dapat merusak kepercayaan masyarakat. - Tidak Melakukan Black Campaign
Black campaign atau kampanye hitam adalah tindakan yang bertujuan merusak citra lawan politik melalui penyebaran informasi negatif, baik benar maupun salah. Islam dengan tegas melarang tindakan ini. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang menyakiti saudaranya seagama dengan kata-kata buruk, maka dia termasuk bagian dari orang-orang yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya.” Prinsip ini menunjukkan bahwa politik dalam Islam tidak mengenal cara-cara merugikan atau merendahkan martabat orang lain demi kepentingan pribadi atau kelompok. - Menghindari Playing Victim
Playing victim, atau berpura-pura menjadi korban untuk menarik simpati, juga dilarang dalam etika Islam. Sifat ini bertentangan dengan prinsip qana’ah (menerima dengan lapang hati) dan sikap bertanggung jawab. Tokoh Islam, seperti Imam Ghazali, mengajarkan bahwa setiap pemimpin harus berani mengambil tanggung jawab dan jujur terhadap situasi yang dihadapinya, bukan malah memanipulasi persepsi masyarakat demi mendapatkan keuntungan pribadi.
Pendapat Para Tokoh Islam tentang Etika Politik
Para ulama besar sepanjang sejarah Islam juga memberikan pandangan mengenai etika politik yang dapat menjadi landasan bagi para pemimpin.
- Imam Al-Mawardi
Dalam kitabnya, Al-Ahkam As-Sulthaniyah, Al-Mawardi menekankan pentingnya keadilan dan amanah dalam kepemimpinan. Ia berpendapat bahwa pemimpin sejati adalah mereka yang menjaga amanah dengan penuh tanggung jawab, tidak menggunakan jabatannya untuk tujuan pribadi dan tidak melibatkan diri dalam fitnah. Menurutnya, keadilan adalah kunci utama dalam politik yang etis. - Ibnu Taimiyah
Ibnu Taimiyah dalam karya-karyanya kerap menekankan bahwa tujuan politik dalam Islam adalah untuk menegakkan keadilan dan kemaslahatan umat. Ia menyatakan bahwa pemimpin harus selalu berada dalam prinsip keadilan dan tidak boleh mendiskreditkan orang lain untuk memperkuat posisi. Baginya, setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap tindakan yang ia lakukan di hadapan Allah. - Sayyid Qutb
Dalam tafsirnya, Fi Zilal al-Qur’an, Sayyid Qutb menekankan bahwa seorang Muslim, khususnya pemimpin, harus menjadikan Al-Qur’an dan sunnah sebagai landasan utama dalam berpolitik. Ia menegaskan pentingnya berpolitik dengan cara yang santun dan mulia, menghindari sifat sombong, tidak melakukan tipu daya, serta menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan.
Membangun Budaya Politik Santun dan Bermartabat
Dalam dunia modern yang semakin transparan, masyarakat semakin dapat membedakan mana politik yang murni dan mana yang hanya mencari keuntungan. Oleh karena itu, mengadopsi etika politik dalam Islam adalah langkah strategis untuk membangun kepercayaan masyarakat. Etika ini mendorong terciptanya sistem politik yang transparan, mengedepankan kepentingan publik, dan menghindarkan diri dari segala bentuk black campaign maupun playing victim.
Dengan memahami dan menerapkan etika politik dalam Islam, seorang pemimpin dapat menginspirasi generasi berikutnya untuk berpolitik secara santun dan bermartabat, bukan hanya untuk kemajuan dunia tetapi juga demi menggapai ridha Allah SWT.
Penulis adalah praktisi dakwah dan pendidikan serta merupakan koordinator pemberdayaan perempuan Ikatan Sarjana Nahdhatul Ulama’ (ISNU) Jawa Timur.