Pendidikan

Mata Air Keilmuan Mengalir dari Telaga UIN KHAS Jember

Jember,  Portal Jawa Timur – Yang ini bukan mata air biasa, tapi mata air keilmuan. Fungsinya nyaris sama: mata air alias sumber air mengobati dahaga fisik, sedangkan mata air keilmuan menghilangkan dahaga ilmu. Dua-duanya sama-sama sejuk dan menyejukkan.

Mata Air Keilmuan adalah paradigma yang dipilih oleh Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember untuk menegaskan basis keilmuan yang akan dikembangkan. Pembahasan tentang paradigma tersebut didiskusikan dalam  Focus Group Discussion (FGD) oleh para petinggi UIN KHAS Jember di Hotel Syari’ah Jember sejak Jumat hingga Sabtu (20/7/2024).

Baca Juga: Matangkan Konsep Paradigma Mata Air Keilmuan, UIN KHAS Jember Gelar FGD

Menurut Wakil Rektor 1 UIN KHAS Jember Prof Husna Amal, setidaknya ada 3 output yang diharapkan muncul dari FGD tersebut. Pertama,   untuk menyempurnakan naskah akademik tentang paradigma Mata Air Keilmuan.

Baca Juga: Rektor UIN KHAS Jember, Prof Hepni Minta Jajarannya Tak Menggunakan BOLA Tapi Memakai SULTAN

“Kedua, untuk menerbitkan buku terkait paradigma keilmuan,” jelas Prof Husna Amal saat menyampaikan pengantar dalam FGD tersebut.

Ia mengungkapkan, setiap tahun buku tersebut akan diproduksi sehingga menjadi satu ikon yang sekaligus memberikan wacana pengetahuan yang lebih distingtif dan konkret terkait dengan karakter keilmuan maupun  kelembagaan UIN KHAS Jember.

“Ketiga, dalam bentuk landmark,” tambahnya.

Kata Prof Husna Amal, landmark tersebut menggambarkan simbol Mata Air Keilmuan. Bisa jadi landmark dilukiskan dalam bentuk telaga dengan air jernihnya yang muncrat. Sehingga landmark itu nanti akan menandai paradigma Mata Air Keilmuan. Dan ketika ada tamu yang datang ke UIN KHAS Jember langsung menangkap apa yang dimaksud dengan Mata Air Keilmuan.

Dikatakannya, jika Mata Air Keilmuan benar-benar disepakati untuk menjadi paradigma keilmuan UIN KHAS Jember, maka bangunan dan politik bangunan yang green campus juga harus ada penanda Mata Air Keilmuan.

“Jika tadi Prof Miftah (Miftah Arifin) menginginkan air yang muncrat plus ada telaganya, berarti kita butuh telaga, dan kemudian ada air mancurnya,”  ungkapnya.

Sementara itu, Rektor UIN KHAS Jember Prof Hepni Zain meminta soal lambang atau simbol tidak perlu terlalu dimasalahkan. Yang penting simbolnya disepakati, tidak perlu terlalu lama berdebat, misalnya telaganya seperti apa, ukurannya berapa, airnya jernih atau tidak.

“Jangan-jangan ada buayanya lagi, tidak perlulah yang begitu-begitu. Itu bagian dari dinamika. Yang paling penting segera dirumuskan postulatnya. Kalau dulu istilahnya batang tubuhnya dari pemikiran ini,” kata Prof Hepni saat memberikan pengarahan.

Prof Hepni ingin yang simpel dan sesegera mungkin paradigma Mata Air Keilmuan dikonkretkan. Bagaimanapun, UIN KHAS Jember adalah telaga yang menyimpan banyak mata air keilmuan. Dari kampus itulah air ilmu mengalir terus ke tengah-tengah masyarakat untuk membenahi moral sekaligus mencerdaskan anak bangsa, bahkan untuk menghapus air mata akibat ketidakadilan, perlakuan sewenang-wenang, dan sebagainya (Jbr-1/AAR).

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button