Jadi Narsum Pelatihan Cabe Jamu di Mojokerto, Abu Darin: Jangan Entengkan Cuan Tanaman Cabe Jamu
Jember, Portal Jawa Timur – Peminat cabe jamu di Kabupaten Mojokerto Jawa Timur semakin hari semakin banyak. Paling tidak hal ini bisa dilihat dari pelatihan pembibitan cabe jamu yang digelar di Balai Desa Gading Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto Jawa Timur, Kamis (8/8/2024).
Baca Juga: Bertani Cabe Jamu, Pekerjaan Sampingan tapi Hasilnya Menggiurkan
Pelatihan pembibitan cabe jamu yang difasilitasi oleh Kepala Desa Gading, Shodiq dan Kapolsek Jatirejo AKP Syaiful Isro tersebut menghadirkan Ketua Asosiasi Petani Cabe Jamu Indonesia (APCJI), Abu Darin sebagai narasumber.
Baca Juga: Demi Merenda Masa Depan, Puluhan Mahasiswa UIJ Antusias Praktik Pengeringan Vanili
Abu Darin sejauh ini cukup getol dalam mensoialisasikan budi daya cabe jamu dan vanili. Sebab dalam pandangannya, cabe jamu mempunyai pasar yang cukup besar, baik di dalam maupun di luar negeri. Hanya, selama ini masyarakat masih memandang cabe jamu sebagai tanaman alternatif, sehingga tidak begitu dilirik oleh petani.
Dalam pemaparannya, pria asal Wuluhan Kabupaten Jember itu mengungkapkan bahwa sesungguhnya cabe jamu sangat prospektif. Cuma masyarakat masih banyak yang kurang yakin dengan cuan akan dihasilkan dari budi daya cabe jamu.
“Jangan entengkan cuan tanaman cabe jamu. Cabe jamu sangat prospektif. Petani di sebagian Jawa Timur dan Jawa Barat , bahkan di luar Jawa sudah banyak yang berbudi daya cabe jamu,” ucapnya.
Menurut Abu Darin, cabe jamu adalah sejenis tanaman rempah-rempah yang termasuk dalam suku sirih-sirihan. Nama lain cabe jamu adalah cabe jawa, cabe sulah, cabe alas atau cabai saja. Katanya, di antara manfaat cabe jamu adalah untuk campuran obat-obatan, misalnya sakit paru-paru, bronkhitis, batuk, jantung, demam pasca melahirkan, lambung, ayan, dan pencernaan terganggu.
“Tentu ada caranya sendiri untuk mengolah cabe jamu hingga bisa untuk mengobati penyakit,” jelasnya.
Selain itu, tanaman cabe jamu tidak memerlukan tanah yang subur tapi bisa ditanam di kebun atau pekarangan asalkan irigasinya cukup. Hebatnya, usia produktif cabe jamu bisa mencapai 50 tahun.
“Sekali tanam, kita tinggal menikmati hasilnya sampai kita tua dengan catatan cabe jamu dirawat. Bahkan yang menanam sudah meninggal dunia, tapi cabe jamu yang ditanam masih terus berproduksi,” terangnya.
Tidak sekadar berteori, tapi Abu Darin juga langsung mempraktikkan cara pembibitan dan perawatan cabe jamu.
Tentu saja apa pelatihan tersebut sangat bermanfaat bagi petani sebagai tanaman alternatif dengan cost yang minimalis tapi hasil maksimal (Jbr-2/AAR).