Ini 3 Program Camat Arjasa Jember untuk Menekan Angka Penderita Stunting
Jember, Portal Jawa Timur – Persoalan stunting tidak bisa dianggap sepele. Kendati Pemkab Jember telah berusaha sedemikian rupa, namun penurunan angka penderita stunting tak signifikan. Hingga hari ini, angka penderita stunting di Kabupaten Jember masih terpaku di posisi 34 persen, yang penyebarannya nyaris merata di semua kecamatan.
Baca Juga: Desa Sidomekar Semakin Mekar, Wakili Kecamatan Semboro untuk Lomba Desa dan Lomba Gotong Royong
Pemerintah Kecamatan Arjasa kini tengah bersiap-siap untuk perang total terhadap stunting. Sebab, di kecamatan ini setidaknya terdapat 383 penderita stunting. Menurut Camat Arjasa, Achmad Fauzi, kasus stunting tidak sekadar menghambat pertumbuhan si penderita tapi secara makro juga mengusik laju perekonomian bangsa.
Baca Juga: Semboro Mesem Membuat Warga Tersenyum
“Karena itu betapa pentingnya kita mencegah stunting,” ujarnya saat Rapat Koordinasi Tingkat Kecamatan Arjasa Tahun 2023 di pendopo setempat, Selasa (5/9/2023).
Fauzi berkomitmen menekan angka stunting di wilayahnya sekecil mungkin. Namun untuk menurunkan angka stunting tidak bisa dilakukan secara parsial tapi harus berkolaborasi dengan banyak pihak dan segenap elemen masyarakat lantaran timbulnya stunting dipengaruhi oleh banyak faktor.
“Kita harus gotong royong untuk mengobati dan mencegah stunting,” jelasnya.
Matan Camat Semboro itu mengungkapkan, pihaknya mempunyai 3 program untuk menekan angka stunting di wilayahnya. Pertama, sosialisasi pencegahan stunting melalui Safari Shalat Jumat. Di program ini, Fauzi mengaku akan memberikan sosialisasi terkait pencegahan stunting, yang intinya adalah membangun kesadaran masyarakat untuk menghindari stunting. Sebab, betapapun banyaknya obat dan gizi yang diberikan tapi jika masyarakat tak menyadari pentingnya menjauhi stunting, maka sia-sia.
“Setelah sosialisasi, kita adakan pemeriksaan kesehatan gratis bagi masyarakat. Dan dilanjkutkan dengan kunjungan ke rumah penderita stunting di sekitar masjid untuk mengidentifikasi langkah-langkah taktis yang mesti dilakukan karena kondisi dan penyebab stunting berbeda-beda sehingga treatmen-nya juga berbeda,” ungkapnya.
Kedua, revitalisasi posyandu. Kata Fauzi. posyandu adalah garda terdepan untuk menjaga kesehatan masyarakat, khususnya balita dan ibu hamil. Kongkretnya adalah gerakan bersama antara PKK, Bhayangkari, Persit Kartika Candra Kirana, bersama-sama memberikan motivasi kepada kader posyandu agar meningkatkan semangatnya dalam melayani masyarakat, khususnya penderita stunting.
“Juga dari pihak Puskesmas sebagai tim teknis bagaimana dalam penanganan stunting ditingkatkan,” urainya.
Ketiga adalah kunjungan RT/RW untuk meningkatkan kepedulian mereka dan bergerak bersama-sama mendeteksi, memberikan penanganan, dan pencegahan timbulnya stunting di wilayah masing-masing.
“Insyaallah mulai Kamis besok, RT/RW akan kami kumpulkan untuk maksud tersebut,” tuturnya.
Fauzi yakin jika upaya benar-benar dilakukan dan bersinergi dengan semua pihak untuk menekan angka penderita stunting, maka hasilnya pasti didapat betapapun kecilnya.
“Saya ingin di akhir tahun 2023, angka stunting di Arsjasa bisa ditekan hingga 50 persen,” pungkasnya (Jbr-1/AAR).