Tak Ada Kata Terlambat, Mantan Rektor UIJ H Abdul Hadi Raih Gelar Doktor di Usia Senja
Jember, Portal Jawa Timur – Tak ada kata terlambat. Mantan Rektor Universitas Islam Jember (UIJ), H Abdul Hadi meraih gelar doktor di usia senja. Saat ini, H Hadi, sapaan akrabnya, berusia lebih 57 tahun, sebuah usia yang tergolong senja untuk lulusan doktor. Tapi bagi H Hadi, mencari ilmu tidak dibatasi oleh umur. Selama hayat masih di kadung badan, menambah ilmu adalah suatu keharusan.
“Semoga ilmu yang saya peroleh barokah, dan bermanfaat bagi masyarakat,” ucap H Hadi usai menjalani ujian terbuka disertasi di Plasa Proklamasi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Sabtu (27/4/2024).
Sejatinya, bagi H Hadi gelar tersebut sudah tak berpengaruh apa-apa terhadap karirnya sebagai dosen perguruan tinggi swasta. Apalagi ia telah pernah dua periode menjadi Rektor UIJ. Saat ini, dia menjadi dosen biasa di UIJ. Sudah nothing to lose, karena tidak tidak ada target apapun dari sisi jabatan. Namun keinginannya untuk mencari dan menambah ilmu cukup tinggi. Dan gelar doktor pun diraih. Sehingga namanya menjadi: Dr Drs H Abdul Hadi, S.Pd., SH.
H Hadi meraih gelar Doktor bidang Ilmu Administrasi di Untag Surabaya dengan judul desertasi: Tata Kelola Birokrasi Pengembangan Administrasi MA Maarif Ambulu Jember.
Wakil Ketua PCNU Jember itu berhasil mempertahakan disertasinya di hadapan 13 penguji, yang terdiri dari 10 penguji dari internal Untag Surabaya, dan 3 penguji dari unsur rektor. Ketiganya adalah Rektor Untag Prof Dr Mulyanto Nugroho MM CMA CPA, Rektor Universitas Panca Marga Probolinggo Prof Dr Ir HR Abdul Haris MM, dan Rektor Universitas Abdurahman Saleh Situbondo Dr Drs Ec Karnadi MM.
“Alhamdulillah, semua berjalan lancar,” ucapnya.
H Hadi menambahkan, ilmu yang diperolehnya merupakan tambahan bekal bagi dirinya dalam mendidik mahasiswa dan pelajar di sejumlah sekolah. Katanya, semakin lama tuntutan kualifikasi pendidik semakin tinggi lantaran zaman semakin maju dan persaingan semakin ketat, sehingga guru atau dosen mesti memiliki ilmu yang lebih.
“Selain untuk mengajar, ilmu juga bermanfaat bagi masyarakat dan diri sendiri, tentunya,” pungkasnya (Jbr-1/AAR).