Keren, Murid-Murid MA Plus Keterampilan Nurul Qarnain, Sukowono Jember Mendapat Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Padat

Jember, Portal Jawa Timur – Sampai saat ini pupuk masih menjadi persoalan serius para petani. Pasalnya, kuota pupuk bersubsidi dibatasi oleh pemerintah. Sedangkan pupuk yang tidak bersubsidi harganya minta ampun. Akhirnya petani hanya bisa menjerit. Namun sekeras apapun jeritan petani, kebijakan pemerintah terkait pupuk tak pernah berubah. Artinya, petani tetap galau dan susah untuk mencukupi kebutuhan pupuknya.
Hal tersebut menginspirasi Kepala Madrasah Aliyah (MA) Plus Keterampilan Nurul Qarnain, Sukowono Kabupaten Jember, KH Imam Syafi’i untuk memberi pelatihan pembuatan pupuk organik padat kepada murid-murid sekolah yang terletak di Desa Baletbaru, Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Jawa Timur itu.
“Jadi ini merupakan kelas keterampilan tambahan untuk membekali siswa dalam hal pembuatan pupuk organik,” ujar Kiai Imam, sapaan akrabnya, di sela-sela pelatihan, Selasa (7/2/2023).
BACA JUGA :
MA Plus Keterampilan Nurul Qarnain Sukowono Jember Didesain untuk Jawab Tantangan Zaman
Alasan dipilihnya pelatihan pembuatan pupuk organik karena pupuk kimia saat ini masih dan terus menjadi masalah (langka). Selain itu jika selalu menggunakan pupuk kimia, kelak juga menimbulkan masalah. Istilahnya maju kena, mundur kena. Pemakaian pupuk kimia secara terus menerus dengan dosis yang tidak terkendali, akan menyebabkan lahan pertanian menjadi rusak (tidak subur) karena residu pupuk kimia yang tertinggal di dalam tanah.
“Selain itu, siswa-siswi MA Nurul Qarnain, rata-rata adalah anak petani. Jadi mereka nanti pasti berhadapan dengan masalah pupuk. Jadi kalau bisa membuat pupuk sendiri ‘kan enak,” tambahnya.
Pelatihan pembuatan pupuk organik tersebut digelar di gudang pembuatan pupuk organik milik Pondok Pesanren NurulQarnain di Desa Sumberwaru Kecamatan Sukowono Jember.
Bahan baku utama pupuk organik tersebut adalah kotoran kambing.Tak begitu sulit untuk membuat pupuk organik ala Kiai Imam. Kotoran kambing itu dicampur dengan ‘biang’ atau bakteri tertentu ditamnah dengan bahan lain seperti nasi basi atau buah-buhan yang sudah bosok. Setelah itu, bahan-bahan pupuk yang sudah dicampur itu, dibiarkan selama satu minggu.
“Setelah itu baru bisa ditabur di sawah. Insyaallah hasilnya cukup memuaskan. Biaya murah tapi hasil memuaskan. Kami punya sawah, bertahun-tahun pakai pupuk seperti itu,” jelas Kiai Imam.
Sementara itu, guru pendamping pelatihan pembuatan pupuk organik, H Rohim mengatakan, pelatihan tersebut diikuti oleh 10 siswa yang dipilih dari perwakilan setiap kelas. Secara bertahap semua siswa MA Plus Keterampilan Nurul Qarnain akan diberikan pelatihan pembuatan pupuk organik.
“Tentu ini sangat besar manfaatnya. Mereka bisa bewirausaha dengan pupuk organik, atau minimal mereka tidak repot-repot cari pupuk urea yang susah didapat itu,” ungkapanya (Jbr-1/AAR).