Opini

Epistemologi Dakwah Walisongo: Harmonisasi Islam dan Budaya Nusantara

Oleh: Aisyah Ajhury Al Hasani  

Islamisasi Nusantara tidak sekadar mencatat perpindahan agama, tetapi juga transformasi peradaban. Peran Walisongo dalam proses ini menjadi fundamental, menjadikan Islam sebagai kekuatan sosial, budaya, dan spiritual di tengah masyarakat yang heterogen. Pendekatan mereka, yang berbasis epistemologi Islam dan akulturasi budaya lokal, menciptakan harmoni yang memperkokoh fondasi Islam di bumi Nusantara.

Melalui dakwah yang penuh hikmah, metode mereka mencerminkan integrasi antara wahyu dan tradisi lokal. Artikel ini akan menjelaskan profil Walisongo, daerah dakwah, metode strategis, dawuh hikmah, hingga dampak ajaran mereka dalam membangun peradaban.

Epistemologi Dakwah Walisongo

Walisongo mengimplementasikan tiga pilar epistemologi dakwah yang mendalam:

  1. Wahyu sebagai Pedoman Utama
    Dakwah mereka merujuk pada Al-Qur’an dan Hadis sebagai landasan teologis. Ayat seperti ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ…” (QS. An-Nahl: 125) menjadi pijakan mereka dalam berdakwah dengan hikmah dan penuh kelembutan.
  2. Kontekstualisasi Islam
    Walisongo memahami bahwa Islam harus hadir sebagai solusi yang selaras dengan tradisi lokal. Dengan seni wayang, gamelan, hingga tradisi selamatan, mereka mengajarkan nilai-nilai Islam tanpa menyingkirkan identitas budaya Nusantara.
  3. Transformasi Sosial
    Melalui pesantren dan pendekatan pemberdayaan masyarakat, Walisongo tidak hanya mengajarkan agama tetapi juga membangun masyarakat yang madani—berkeadilan, sejahtera, dan berakhlak mulia.

.Walisongo: Profil, Daerah Dakwah, dan Metode Strategis

  1. 1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
  • Tahun Lahir/Wafat: Lahir sekitar 1341 M, wafat 1419 M.
  • Daerah Dakwah: Gresik, Jawa Timur.
  • Model Dakwah: Menggunakan jalur perdagangan sebagai sarana mengenalkan Islam, mempromosikan etika bisnis Islami, serta membangun masyarakat berbasis solidaritas ekonomi dan pendidikan.
  • Dawuh:
    الدنيا مزرعة الآخرة
    (Dunia adalah ladang untuk akhirat).
  • Ciri Khas: Dakwah yang mengutamakan pendekatan persuasif tanpa paksaan, sehingga Islam diterima secara sukarela.
  1. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
  • Tahun Lahir/Wafat: Lahir sekitar 1401 M, wafat 1481 M.
  • Daerah Dakwah: Surabaya, Jawa Timur.
  • Model Dakwah: Mendirikan pesantren Ampel Denta sebagai pusat kaderisasi ulama dan meluncurkan gerakan Moh Limo (menolak lima perilaku buruk: mabuk, madat, main, maling, dan madon).
  • Dawuh:
    من يصلح نفسه يصلح الناس
    (Barang siapa memperbaiki dirinya, ia akan memperbaiki orang lain).
  1. Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim)
  • Tahun Lahir/Wafat: Lahir sekitar 1465 M, wafat 1525 M.
  • Daerah Dakwah: Tuban, Lasem, Jawa Timur.
  • Model Dakwah: Menggunakan seni gamelan dan tembang Islami untuk menyampaikan pesan-pesan spiritual. Lagu seperti Tombo Ati menjadi warisan dakwah beliau.
  • Dawuh:
    العلم بلا عمل كالشجر بلا ثمر
    (Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah).
  1. Sunan Drajat (Raden Qasim)
  • Tahun Lahir/Wafat: Lahir sekitar 1470 M, wafat 1522 M.
  • Daerah Dakwah: Lamongan, Jawa Timur.
  • Model Dakwah: Fokus pada pengentasan kemiskinan, mendirikan rumah singgah untuk masyarakat miskin, dan memprioritaskan pendidikan akhlak.
  • Dawuh:
    خير الناس أنفعهم للناس
    (Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain).
  1. Sunan Kalijaga (Raden Mas Said)
  • Tahun Lahir/Wafat: Lahir sekitar 1460 M, wafat 1513 M.
  • Daerah Dakwah: Demak dan sekitarnya.
  • Model Dakwah: Memanfaatkan seni wayang kulit, sastra, dan ukir untuk menyisipkan ajaran Islam secara simbolik.
  • Dawuh:
    من عرف نفسه عرف ربه
    (Barang siapa mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya).
  1. Sunan Kudus (Ja’far Shodiq)
  • Tahun Lahir/Wafat: Lahir sekitar 1500 M, wafat 1550 M.
  • Daerah Dakwah: Kudus, Jawa Tengah.
  • Model Dakwah: Membangun harmoni dengan tradisi Hindu, seperti melarang penyembelihan sapi di Kudus karena sapi disakralkan oleh penganut hindu.
  • Dawuh:
    لا يَغْتَرَّ المؤمن بالدنيا
    (Janganlah seorang mukmin terpedaya oleh dunia).
  1. Sunan Muria (Raden Umar Said)
  • Tahun Lahir/Wafat: Lahir sekitar 1450 M, wafat 1529 M.
  • Daerah Dakwah: Pegunungan Muria, Jawa Tengah.
  • Model Dakwah: Berbaur dengan masyarakat pedesaan melalui pendekatan yang sederhana dan mudah dipahami.
  • Dawuh:
    الدين النصيحة
    (Agama adalah nasihat).
  1. Sunan Giri (Raden Paku)
  • Tahun Lahir/Wafat: Lahir sekitar 1442 M, wafat 1506 M.
  • Daerah Dakwah: Gresik, Jawa Timur.
  • Model Dakwah: Pendidikan berbasis pesantren dan menciptakan lagu Islami seperti Dolanan Anak.
  • Dawuh:
    طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة
    (Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim dan Muslimah).
  1. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
  • Tahun Lahir/Wafat: Lahir sekitar 1448 M, wafat 1568 M.
  • Daerah Dakwah: Cirebon, Banten, dan sekitarnya.
  • Model Dakwah: Memanfaatkan kekuatan politik untuk menyebarkan Islam, termasuk menjalin hubungan diplomasi dengan kesultanan lainnya.
  • Dawuh:
    المسلم من سلم الناس من لسانه ويده
    (Seorang Muslim adalah yang menjaga orang lain dari gangguan lisan dan tangannya).

Walisongo tidak hanya seorang pendakwah, tetapi juga sebagai tokoh reformis yang mampu membangun masyarakat Nusantara secara komprehensif. Dengan memadukan ajaran Islam dan tradisi lokal, mereka menciptakan harmoni budaya yang tetap lestari hingga kini. Pendekatan yang adaptif, berbasis kearifan lokal, dan penuh hikmah menjadi warisan berharga bagi generasi berikutnya.

Penulis adalah Praktisi Pendidikan dan Dakwah, Koordinator Pemberdayaan Perempuan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur (Jbr-1/AAR).

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button