News

Bedah Buku Prabowo, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo: Kayaknya Saya Harus Menyampaikan ke Istana

 Jakarta,  Portal Jawa Timur – Anggota DPR RI Fraksi Gerindra, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo memberikan apresiasi terhadap buku karya Moch Eksan yang berjudul: Prabowo Subiyanto, Jenderal Penakluk Sejarah Presidensial.

Buku setebal 246 halaman itu dibedah di NasDem Tower Jakarta, Jumat (7/3/2025). Selain dihadiri Sara, sapaan akrabnya, acara tersebut juga dihadiri sejumlah anggota DPR RI Fraksi Partai NasDem.

Baca Juga: Prabowo Guru Demokrasi yang Sesungguhnya

Sara mengaku bingung saat diundang untuk menjadi nara sumber di acara bedah buku tersebut. Sebab, yang mengundang adalah Patai NasDem, sedangkan dirinya adalah kader Gerindra.

Baca Juga: NasDem Tolak Jatah Menteri: Koalisi Tanpa Kursi

“Jujur agak kaget awalnya, ini beneran, dari partai mana (yang mengundang), akhirnya saya paham karena bukunya (tentang Prabowo Subiyanto yang tak lain adalah paman Sara),” urainya.

Sara mengaku penasaran terhadap isi buku tersebut. Dari judulnya saja cukup mencolok.

“Saya juga penasaran soalnya, yang ditulis ini apa. ‘Kan agak bingung, ini keluarganya (keluarga besar Prabowo), kok gak dapet (bukunya) gitu,” jelas Sara.

Tampaknya rasa penasaran Sara tidak cuma soal isi buku. Paparan Moch Eksan yang begitu detail dan menggebu-gebu menjelaskan siapa Prabowo Subiyanto, dan keteguhannya dalam menjunjung demokrasi, membuat Sara heran.

“Pertama-tama saya menyampaikan apresiasi yang luar biasa. Ini (Moch Eksan) kadernya siapa (Partai NasDem atau Gerindra), karena dia ngomong, menyampaikannya itu lebih-berdarah-darah dan lebih bersemangat dibanding banyak jubirnya Gerindra,”  terangnya agak berkelakar.

Tidak sampai di situ, Sara masih melanjutkan kelakarnya untuk ‘menaikkan’ Moch Eksan.

“Kayaknya saya harus menyampaikan ke istana, tenang-tenang saya promosi nanti karena apa yang beliau sampaikan sangat luar biasa. Nanti saya promosikan, anda harus diberdayakan,” pungkasnya.

Sementara itu, Moch Eksan dalam pengantarnya menyatakan bahwa sesungguhnya buku tersebut adalah wujud apresiasi dirinya  terhadap apa yang Prabowo capai sebagai bagian dari perjuangan panjang elektoral. Tak ada satupun manusia di Indonesia yang punya kesetiaan terhadap konstitusi sekaligus demokrasi sesetia Prabowo.

Kataya, Prabowo sesungguhnya mempunyai kesempatan untuk mengambil alih kekuasaan melalui jalur militer tahun 1998, tapi itu tidak dilakukannya.

“Beliau memilih jalur konstitusi, jalur demokrasi. Itu nilai yang paling penting dari sosok beliau,” jelasnya (Jbr-1/AAR).

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
error: Content is protected !!