Prof Babun: Keinginan Terakhir Saya, Kiai Achmad Siddiq Dapat Gelar Pahlawan Nasional
Jember, Portal Jawa Timur – Prof Babun Suharto tak lama lagi akan menyudahi tugasnya sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember. Tanggal 31 Oktober 2023 adalah hari terakhir sang prefoser duduk di kursi rektor, dan saat ini calon penggantinya sudah digodok. Meski usianya belum 60 tahun, namun Prof Babun tak boleh ikut penjaringan bakal calon rektor karena sudah dua periode menahkodai perguruan tinggi Islam kebanggaan Jember itu.
Ya, semua ada masanya. Regenerasi harus jalan. Tidak boleh tidak. Dan Prof Babun turut menjadi bagian dari kepanitiaan untuk mencari pengganti dirinya. Banyak hal yang telah dicapai Prof Babun selama memimpin UIN KHAS Jember. Namun diakuinya ada satu hal yang belum terlaksana, dan menjadi puncak keinginan dari sekian cita-citanya: gelar pahlawan untuk Kiai Haji Achmad Siddiq.
Baca Juga: UIN KHAS Jember Launching Penjaringan Calon Rektor
“Keinginan terakhir Saya, Kiai Achmad Siddiq dapat gelar pahlawan nasional. Saya dan Pak Halim (Prof Abdul Halim Subahar) akan terus berusaha agar Kiai Achmad Siddiq dapat gelar pahlawan, semoga terlaksana sebelum berakhir masa jabatan Saya” jelasnya saat memberikan sambutan dalam acara Launching Penjaringan Bakal Calon Rektor UIN KHAS Jember Masa Jabatan 2023-2027 di lantai 2 Gedung Kuliah Terpadu (GKT) kampus UIN KHAS Jember, Kamis (8/6/2023).
Bisa dimafhumi jika Prof Babun menyatakan bahwa gelar pahlawan untuk Rais Am PBNU itu merupakan puncak cita-citanya. Pasalnya, nama Kiai Achmad Siddiq sudah menempel di papan nama UIN KHAS Jember. Di berbagai kesempatan, Prof Babun juga kerap kali menukil empat pesan penting yang selalu disampaikan beliau kepada para santrinya. Ia menginginkan agar nama Kiai Achmad Siddiq tak sekadar papan nama, tapi ajaran dan teladannya juga dipatuhi oleh Sivitas Akademika UIN KHAS Jember.
“Memang ada perguruan tinggi yang sudah memelopori pengajuan Kiai Achmad Siddiq menjadi pahlawan nasional, tapi itu macet. Kami berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi cita-cita itu. Segepok dokumen pendukung sudah kami sampaikan ke Jakarta,” urainya.
Setelah tak lagi menjadi rektor, Prof Babun mengungkapkan keinginannya untuk tetap di Jember, dan mengabdi di UIN KHAS Jember, yang telah membesarkan namanya. Diakuinya, memang ada tawaran dari perguruan tinggi swasta untuk menjadi rektor.
“Tapi itu belum saya pikirkan. Yang ada sekarang, saya ingin tetap mengabdi di Jember (UIN KHAS Jember),” jelasnya.
Begitu panjang hari-hari yang telah dilewati Prof Babun bersama UIN KHAS Jember. Begitu banyak catatan peristiwa yang mengiringi langkahnya dalam memimpin UIN KHAS Jember. Langkahnya tegap, tak gontai sedikitpun untuk merajut masa depan kampus, bahkan sejak perguruan tinggi ini masih bernama STAIN Jember, lalu berubah menjadi IAIN, dan terakhir berubah lagi menjadi UIN KHAS Jember. Bukan sekadar perubahan, apalagi perubahan sekadarnya karena ini menyangkut institusi yang urusannya tentu tidak gampang.
Tapi Prof Babun berhasil merangkai waktu jadi sebuah momentum, mengoleksi peristiwa jadi sebuah dorongan semangat. Dan akhirnya sukses: UIN KHAS Jember semakin mentereng, bahkan saat ini punya lahan 100 hektare di Lumajang untuk pengembangan kampus masa depan (Jbr-Aryudi AR).