Beda Alamat, Bertahun-tahun Sulastri Tak Terima Bantuan
“Mau laporan, tapi laporan ke siapa, saya tidak tahu. Memang ada yang pernah nanya ke saya soal itu, tapi tetap"
Jember, Portal Jawa Timur – Karena beda alamat, bertahun-tahun Sulastri tak terima bantuan. Hal ini terjadi lantaran Sulastri sudah pindah tempat tinggal walaupun masih dalam satu kelurahan, yaitu Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember Jawa Timur.
Beda alamat, membuat Sulastri tak tersentuh bantuan cukup lama. Ini terjadi sudah lama, sekiar 5 tahun lalu. Sulastri bukan tak dapat bantuan, namun tak bisa menerima bantuan dari pemerintah karena alamat penerima berbeda dengan alamat Sulastri saat ini.
Baca Juga: Kemensos, Dinsos Jember, dan RSD dr. Soebandi Kompak Tangani Nenek Sati
“Ini sudah terjadi sejak suami saya meninggal dunia, 5 tahun lalu,” ujar Sulastri kepada awak media ini di kediamannya, Selasa (12/7/2023).
Baca Juga: J-Berbagi di Jombang, Bupati Jember Berikan Bantuan untuk Lansia Hingga Tinjau Kegiatan UMKM
Awalnya Sulastri dan suaminya tinggal di Jalan Sarangan Lingkungan Trogo Wetan Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari. Karena memang orang tak mampu, beberapa kali Sulastri dan suaminya mendapatkan bantuan dari Dinas Sosial dan sebagainya. Sejak suaminya meninggal dunia, ia pindah ke rumah orang tuanya di Lingkungan Pelinggian Kelurahan Antirogo sampai sekarang.
“Mau laporan, tapi laporan ke siapa, saya tidak tahu. Memang ada yang pernah nanya ke saya soal itu, tapi tetap (tak ada bantuan),” urainya.
Gegara beda alamat antara tempat tinggalnya saat ini dengan alamatnya yang lama, Sulastri dan dua anaknya harus gigit jari setiap bantuan turun. Paket bantuan barang maupun BLT dari pemerintah, tak pernah sampai ke tangan Sulastri lantaran alamat penerima berbeda dengan KTP-nya saat ini.
Sulastri Tulang Punggung Ekonomi Keluarga
Sejak suaminya meninggal, Sulastri otomatis menjadi tulang punggung ekonomi keluarganya. Ia harus mencukupi kebutuhan pangan diri dan dua anaknya. Tak ada pekerjaan tetap kecuali hanya menunggu ajakan orang lain untuk menjadi buruh pemetik jagung, panen padi, dan atau pekerjaan apapun yang dibutuhkan tetangga.
Belakangan Sulastri menikah lagi, namun hidupnya yang kunjung terentas dari kemiskinan. Suami baru Sulastri juga tak punya pekerjaan tetap. Pergi kerja kemana-mana namun tak membawa hasil. Alih-alih mencukupi keluarga, malah dia bertambah berat bebannya setelah punya anak lagi.
Dikonfirmasi terpisah, Lurah Antirogo Hariyanto menegaskan, pihaknya tengah berusaha untuk memperbarui data Sulastri, khususnya terkait dengan alamatnya saat ini.
“Sudah-sudah. Kita masukkan sekarang (data Sulastri),” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos) Kelurahan Antirogo Rukmiati mengungkapkan, pihaknya akan segera turun lapangan untuk mengecek kebenaran informasi itu, dan melakukan perubahan alamat yang bersangkutan.
“Pengajuan perubahan data dan sebagainya, yang berhak pihak kelurahan. Dan memang, perubahan data itu penting. Sebab, untuk penerima BLT misalnya, harus sama NIK dan alamat yang tercantum di undangan,” pungkasnya.
Kasus yang menimpa Sulastri sebenarnya tak perlu terjadi, apalagi Kelurahan Antirogo masih masuk wilayah perkotaan. Sebab, di setiap kelurahan/desa pemerintah mempunyai perangkat yang lengkap untuk memonitor adanya kesalahan alamat, dan sebagainya. Mulai dari lurah, kepala lingkungan, RT, RW, Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos) relawan dan sebagainya.
Bisa jadi masih banyak Sulastri-Sulastri lain di tempat lain yang kasusnya sama: beda alamat dan persoalan administrasi lainnya (Jbr-1/Aryudi AR).