Sofyan Tsauri, Bendahara NU Jember Ini Dikukuhkan sebagai Guru Besar UIN KHAS
Jember, Portal Jawa Timur – Prof. Dr. H Sofyan Tsauri, MM. Sosok ini sudah memasuki usia senja. Sudah berkepala 6, tepatnya 65 tahun. Namun keinginannya untuk menimba ilmu tidak pernah kendur. Semangatnya untuk memberi manfaat lewat ilmunya terus menyala selama hayat di kandung badan.
Terbukti pada Kamis (21/09/2023), Pak Sofyan, sapaan akrabnya, berhasil dikukuhkan sebagai guru besar di bidang Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia di Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember. Dan titel profesor pun menempel awal namanya. Itulah titel akademik tertinggi di Tanah Air.
Untuk meraih gelar profesor bukan hal gampang, jelas butuh ilmu dan harus mencari ilmu baru. Butuh kesabaran dan kesungguhan, termasuk penelitian dan publikasi karya tulis di jurnal internasional.
“Dalam Islam, kewajiban mencari ilmu berlaku sepanjang masa, tak kenal waktu,” katanya usai pengukuhannya sebagai guru besar.
Pak Sofyan cukup lama mengabdi sebagai dosen di UIN KHAS. Dimulai sebagai tenaga honorer di Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Jember tahun 1982. Tahun 1983 Pak Sofyan jadi PNS, dan beberapa tahun kemudian ia diangkat sebagai dosen. Hingga saat ini Pak Sofyan telah puluhan tahun mengabdikan dirinya, mendidik generasi muda masa depan bangsa. Dalam rentang waktu tersebut, Pak Sofyan pernah menempati jabatan struktural meskipun tetap tak meninggalkan profesi utamanya sebagai dosen.
Dalam pengukuhan guru besarnya di lantai 3 Gedung Kuliah Terpadu (GKT) Kompleks UIN KHAS Jember, Pak Sofyan mengusung judul: Manusia sebagai Inti dari Manajemen dalam Perspektif Islam.
Menurutnya, di era revolusi industri 4.0 dan 5.0, kepemimpinan sumber daya manusia (SDM) harus berperan sebagai penggerak utama dalam mengarahkan organisasi menuju kesuksesan. Era revolusi industri 4.0 dan 5.0 membawa tantangan besar bagi organisasi di berbagai belahan dunia, tak terkecuali di dunia pendidikan.
Revolusi industri didorong oleh teknologi tinggi seperti kecerdasan buatan (AI) internet of things, big data, dan otomasi yang semakin canggih, mengubah pola manusia dalam bekerja dan berbisnis.
“Dalam menghadapi perubahan ini, kepemimpinan SDM menjadi sangat penting untuk memandu organisasi melewati arus perubahan,” katanya.
Bendahara Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jember ini kemudian membeberkan 11 prinsip yang harus diikuti oleh kepemimpinan SDM dalam menghadapi tantangan di era ini. Dua di antaranya adalah kepemimpinan SDM yang berfokus pada transformasi digital. Pemimpin perlu memahami teknologi terbaru, dan menerapkannya untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas organisasi.
Berikutnya adalah mengembangkan keterampilan teknologi. Kepemimpinan SDM harus memastikan bahwa karyawan memiliki keterampilan teknologi yang diperlukan untuk menghadapi era 4.0 dan era 5.0.
“Ini penting untuk literasi digital, pemahaman tentang kecerdasan buatan dan kemampuan bekerja dengan data,” pungkasnya (Jbr-AAR).