Pak Achmad: Kiai Mesti Kita Jaga Marwahnya
Jember, Portal Jawa Timur – H Achmad Sudiyono dikenal dekat dengan banyak kalangan, termasuk dengan para kiai, baik kiai di Jember maupun di luar Jember. Sejak dulu hingga pensiun dari Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemkab Jember, Pak Achmad, sapaan akrabnya, terus menjalin komunikasi dengan para kiai dan pengasuh pesantren.
“Bagi saya, kiai harus diposisikan sebagai sosok panutan, sehingga wajib saya menghormati mereka, dan mesti kita jaga marwahnya,” ujarnya di sela-sela kegiatan di Jember, Senin (20/3/2023).
Bagi alumni Pondok Pesantren Nurul Jadid Probolinggo itu, menjalin komunikasi dengan kiai dan pengasuh pesantren merupakan salah satu bentuk penghormatan dirinya kepada mereka. Sowan kepada kiai tak harus menunggu Lebaran tapi kapan saja bisa dilakukan untuk memperkokoh tali silaturahmi.
BACA JUGA :
Pak Achmad dan Semangat Pengabdian yang Tak Pernah Padam
Sebagai pemimpin umat, lanjutnya, kiai adalah sumber inspirasi, motivasi sekaligus pemberi nasehat bagi umat. Karena itu, Pak Achmad selalu menyempatkan waktu untuk sowan kepada sejumah kiai baik untuk minta nasehat terkait dengan suatu masalah maupun hanya sekadar ingin ketemu.
“Orang tua saya mengajarkan agar saya selalu hormat kepada kiai dan nyabis (sowan),” jelasnya.
Salah satu kiai yang sering disowani Pak Achmad adalah KHR Muhammad Kholil As’ad Syamsul Arifin, Situbondo. Bagi Pak Achmad, Kiai Kholil bukan sekadar kiai tapi gurunya.
Seperti ketahui, Pak Achmad pernah mondok di Pesantren Nurul Jadid Probolinggo, yang salah satu pengasuhnya adalah KH Hasan Abdul Wafi. Kiai yang terkenal kealimannya ini adalah saudara kandung KH Sufyan Miftahul Arifin, yang tak lain merupakan mertua KHR Muhammad Kholil As’ad Syamsul Arifin.
“Kalau dalam ta’limul muta’allim, keturunan guru baik lurus maupun ke samping adalah sama dengan gurunya. Jadi posisinya sama dengan guru asalnya,” pungkasnya (Jbr-1/AAR).