Hendy Singgung Bansos Jatim, Achmad Sudiyono: Bagai Menepuk Air di Dulang
Jember, Portal Jawa Timur – Debat publik kedua pasangan Calon Bupati-Wakil Bupati Kabupaten Jember 2024 yang digelar di Hotel Cempaka Hill, Sabtu (9/11/2024) berlangsung cukup sengit.
Dalam debat yang mengusung tema Strategi dan Inovasi Peningkatan Pelayanan Publik Tata Kelola Regulasi dan Birokrasi di Kabupaten Jember itu, Cabup Jember Hendy Siswanto di sesi terakhir menyoroti kasus dugaan korupsi dana Bansos di DPRD Jawa Timur, yang bahkan sejumlah anggota DPRD Jawa Timur telah ditetapkan sebagai tersangka.
Baca Juga: Bawaslu Dua Kali Tak Hadiri Rapat Pansus Pilkada DPRD Jember, Ardi: Kami Sangat Kecewa, Ini Ada Apa?
“Sebagai anggota DPRD Jawa Timur selama 10 tahun, bagaimana anda bisa meyakinkan masyarakat Jember bahwa anda tidak terlibat dan akan menjadi tersangka sebagaimana beberapa rekan anda,” tanya Hendy kepada Cabup Jember, H Muhammad Fawait.
Atas pertanyaan itu, Fawait menjawab sebagai berikut.
“Terima kasih, ini sebetulnya tidak ada hubungannya dengan masalah birokrasi di Jember, tapi tidak apa-apa kalau memang mau, saya jawab dengan baik.
Saya ketika menghadapi masalah seperti itu kita harus pasrahkan sepenuhnya kepada aparat penegak hukum. Dan saya pastikan ketika memimpin Saya tidak akan mengorbankan anak buah bisa dipenjara seperti yang terjadi kemarin,” urai Fawait.
Selanjutnya Fawait membandingkan dengan kasus korupsi yang terjadi di Jember belum lama ini. Yakni Sekda Jember Hadi Sasmito yang ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi dugaan pengadaan billboard, yang ditengarai merugikan negara sekitar Rp2 Milliar.
“Dalam sejarah Jember, dari dulu sampai hari ini belum pernah ada Sekda aktif terlibat korupsi, belum pernah ada Sekda aktif masuk penjara, maka saya pikir pemimpin yang baik (adalah) yang tidak mengorbankan anak buahnya.
Bagaimana anak buahnya tidak dikorbankan karena kita tahu sakit kita (Jember) terendah se-Jawa Timur, IRB (Indeks Reformasi Birokrasi) kita juara 35 dari 38 (kabupaten/kota), atau berapa birokrasi lagi yang akan dihukumkan.
Akhir-akhir ini ada 13 birokrasi, kepala dinas yang diperiksa oleh aparat. Itu karena sakit dan IRB (rendah),” jelasnya.
Walaupun demikian, Fawait berjanji tak akan mengungkit-ungkit dugaan kasus korupsi rel kereta api yang diduga melibatkan Hendy Siswanto.
“Kemudian Pak, saya pastikan ketika kami memimpin (Jember), kami tidak akan ngutik-ngutik rel kereta api. Saya akan jaga Pak, karena kalau nama saya clear and clean tapi ada kawan saya terlibat korupsi rel kereta api yang jelas-jelas disebut tapi tidak akan saya tanyakan di tempat ini, karena saya lebih muda, saya harus menjunjung asas praduga tidak bersalah. Mohon maaf Pak Hendy, terima kasih,” pungkasnya.
Menurut Ketua Padepokan Doho, H Achmad Sudiyono, pertanyaan Hendy untuk Fawait cukup riskan, dan terkesan menyalahi tatib debat.
Katanya, Hendy bagai menepuk air di dulang. Air terpercik muka sendiri. Pasalnya, saat ini Hendy diduga terlibat dalam kasus korupsi pembangunan jalur kereta api Besitang-Langsa di Sumatera Utara, bahkan Mantan Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Prasetyo Boeditjahjono sudah ditangkap oleh Kejaksaan Agung terkait kasus tersebut.
Hendy Siswanto yang saat itu menjadi Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Sumatera Bagian Utara, juga ikut terseret. Di persidangan tersangka lain, secara jelas nama Hendy Siswanto juga disebut.
“Jika kemudian, Pak Hendy menyoal kasus korupsi Bansos Jatim, ya bagai menepuk air di dulang, air terpercik ke muka sendiri. Dan Gus Fawait juga sangat paham kasus rel kereta api itu,” jelas H Achmad Sudiyono di Jember, Ahad (10/11/2024).
Pembina Wandas Foundation itu menambahkan, setiap manusia punya salah, tak perlu sibuk mengungkit kesalahan orang lain. Sebab, ketika si A misalnya mengungkap kesalahan si B, maka si B tentu tak tinggal diam.
“Itulah yang terjadi dalam debat itu. Dugaan korupsi Pak Hendy akhirnya juga dikupas tuntas oleh Fawait,” pungkas H Achmad Sudiyono (Jbr-1/AAR).