Politik

H Achmad Sudiyono Berbicara Tentang Kebijakan dan Pendidikan, Begini Pemikirannya

Jember, Portal Jawa Timur – Mencari orang pintar, tentu tak susah di negeri ini. Stoknya masih banyak. Namun untuk mencari pemimpin yang bisa  memahami kebutuhan rakyat, tidaklah gampang.

Program atau kebijakan yang mentereng belum tentu bisa diterima oleh masyarakat. Mentereng bagi pemimpin, belum tentu nyaman bagi masyarakat.

Baca Juga: Namanya Disebut-sebut Layak Pimpin Jember, H Achmad: Jika Masyarakat Menghendaki, Saya Siap Bersama-sama Membangun Jember

Meskipun sering kali kebijakan itu dikritik bahkan didemo, namun tetap saja programnya jalan. Biar anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. Yang penting  bisa menaikkan popularitas.

“Itu harus kita hindari. Seorang pemimpin tidak boleh mengukur keinginan dan kebutuhan masyarakat dengan dirinya sendiri. Apa yang baik buat dirinya sendiri belum tentu baik bagi masyarakat,” ujar salah satu tokoh masyarakat Jember, H Achmad Sudiyono di Jember, Ahad (31/3/2024).

Baca Juga: Untuk Pilkada, H Marsuki: NasDem Jember Jera Mendukung Orang yang Tak Amanah

Menurut pria yang digadang-gadang untuk maju di pillkada Jember November 2024 ini,  seorang pemimpin tidak boleh  memaksakan gagasannya yang katakanlah cemerlang tetapi tidak sejalan dengan kemauan masyarakat.

“Ini tidak boleh di terus-teruskan karena hanya dapat nama dan pujian, namun tidak memenuhi kesejahteraan masyarakat secara umum,” urainya.

Karena itu, lanjutnya, seorang pemimpin harus memikirkan dalam-dalam tentang program yang akan diluncurkan. Jangan sampai begitu program direalisasi, namun tidak membawa dampak apapun bagi masyarakat kecuali hanya popularitas bagi sang pemimpin.

“Kebutuhan masyarakat itu banyak dan beraneka ragam. Gunakan skala prioritas. Intinya bagaimana program dan kebijakan serta pelayanannya langsung menyentuh masyarakatnya sesuai strata kehidupan sosialnya,” jelas H Achmad.

Ia menyebutkan misalnya tentang kebutuhan masyarakat terhadap layanan kesehatan secara gratis dengan pelayanan yang ramah.

“Kita tidak hanya memikirkan bagaimana layanan kesehatan itu gratis tapi juga memikirkan kwalitas layanannya dengan cara memberikan insentif yang memadai bagi tenaga kesehatan,” urainya

Begitu juga tentang kewajiban masyarakat, misalnya terkait pembayaran pajak, kenapa tidak digratiskan khususnya bagi mereka yang tidak mampu.

“Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk meringankan beban masyarakat,” katanya

H Achmad juga menyinggung betapa pentingnya pendidikan gratis tidak hanya bagi sekolah negeri tapi juga sekolah swasta. Berbicara tentang pendidikan yang berkualitas, tentu tidak hanya soal biaya, tapi juga menyangkut kapasitas dan semangat para guru.

“Kita dorong agar guru mempunyai keterampilan mengajar yang mumpuni. Kita anggarkan pelatihan secara berkala dan kita tingkatkan insentifnya,” ungkap H Achmad.

Tidak hanya itu, mantan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jember ini juga melihat peran penting lembaga pendidikan tingkat paling dasar, misalnya PAUD, TK, Raudlatul Athfal. Bagaimanapun, lembaga-lembaga itu adalah pondasi pembentukan karakter anak.

“Untuk itu kita perkuat guru-gurunya. Kita barikan honor yang cukup untuk mereka,” pungkasnya (Jbr-1/AAR).

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button