Politik

H Achmad Sudiyono Apresiasi Bakal Cabup-Cawabup Jember, Ini Alasannya

Jember,  Portal Jawa Timur – Sesama peserta dalam sebuah sirkuit, bukanlah musuh. Mereka adalah teman yang sama-sama berlomba untuk mencapai garis finish. Dalam gelanggang politik, juga begitu. H Achmad Sudiyono yang notabene berebut rekomendasi partai, melihat bakal calon bupati-wakil bupati yang lain sebagai teman, yang sama-sama berlomba untuk mendapat kesempatan mengabdi pada masyarakat.

Baca Juga: H Achmad Sudiyono: Jabatan Bukan untuk Gagah-gagahan tapi Ladang Pengabdian

Munculnya sejumlah nama yang disebut-sebut bakal mengisi bursa bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Jember mendapat apresiasi dari H Achmad Sudiyono. Setidaknya saat ini nama-nama yang telah muncul di ruang publik adalah Hendy Siswanto, Faida, Fawait, dan Nanang Handono.

Menurut H Achmad, mereka adalah kristalisasi dari 2.600.000 penduduk Jember.  Mereka adalah putra-putra terbaik kota suwar-suwir ini. Katanya, mereka juga telah mengorbankan waktu, energi, dan dananya untuk kepentingan menuju pendapa Wahyawibawagraha.

Baca Juga: Bantah Pecah Kongsi, Ketua DPD Partai NasDem Jember Tegaskan Tetap Komitmen Dukung Bupati Hendy

“Oleh karena itu, mereka layak mendapat apresiasi dari masyarakat atas upayanya untuk mengabdikan diri memimpin Jember,” ujar H Achmad di Jember, Kamis (20/6/2024).

Memberikan dan Mencabut Kekuasaan Adalah Hak Prerogatif Allah

H Achmad yakin mereka punya kemampuan menjadi nakhoda kapal Jember untuk melewati ombak hingga mencapai pulau tujuan: masyarakat yang sejahtera. Namun tentu tidak bisa ditebak siapa di antara mereka  yang bakal mendapat mandat dari masyarakat untuk memegang kemudi kapal. Tergantung kehendak allah. Allah yang punya kuasa untuk memberikan kekuasaan kepada hamba-Nya. Allah pula yang punya kekuatan untuk mencabut kekuasaan dari hamba-Nya. Allah yang memuliakan dan menghinakan manusia. Semuanya adalah hak prerogatif Allah.

Di mata H Achmad, keempat tokoh tersebut tengah berusaha mengejar takdir Allah agar dapat mandat untuk memimpin dan membimbing masyarakat Jember. Sebuah usaha yang mulia lantaran semuanya demi Jember. Ia mengaku yakin tak satupun di antara mereka yang punya niat buruk untuk Jember.

“Makanya saya sebagai kandidat sekaligus warga Jember berterima kasih kepada Bupati Hendy, mantan Bupati Faida, Pak Nanang, dan Gus Fawait. Di pundak salah satu dari mereka nasib warga Jember digantungkan. Saya doakan penjenengan semua bisa membawa Jember lebih baik lagi,” tambahnya.

H Achmad menambahkan, dirinya yang sejak awal sudah mantap untuk maju, juga berikhtiar agar pintu pengabdian dibuka seluas-luasnya oleh Allah. Tentu yang dimaksud pintu pengabdian adalah kekuasan.

“Maka dalam konteks ini pintu pengabdian itu adalah bupati atau wakil bupati,” terangnya.

Namun siapapun yang ditakdir oleh Allah untuk memimpin Jember kelak, H Achmad berharap agar pembangunan Jember bisa berkesinambungan. Ia lalu menukil qawaidul fiqhiyah yang berbunyi: al-muahafadzah alal qadhimissholih wal akhdzu bil jadidil ashlah. Artinya melestarikan yang lama yang baik, dan menambah  yang baru yang lebih baik.

“Program-program bupati lama yang bagus silakan dilanjutkan, tapi program-program baru yang lebih baik juga harus dihadirkan,” ungkapnya.

Ruh Kehiduan Warga Jember Adalah Relijius

Ruh dari sebuah kehidupan adalah relijius. Kata H Achmad, kalimat relijius tidak cuma dimliki oleh umat Islam. Sebab tak satupun agama di Indonesia yang mengajarkan keburukan, semua pasti menuntun pada kebaikan.

“Karena itu, Jember kita dukung  sebagai kabupaten  yang relijius. Setelah itu kita ajarkan masyarakat untuk berusaha, diberi kail bukan diberi ikan agar mereka berkreasi dan berinovasi sehingga dia jadi warga yang mandiri,”  jelasnya.

Semua itu akan tercapai jika bupatinya benar-benar ikhlas dalam bekerja. Jangan seperti raja Namrudz yang sombong. Namrudz adalah orang pertama yang mendeklarasikan diri sebagai raja atas seluruh manusia atau tuhan.
Posisi buati adalah pelayan, sehingga harus benar-benar ikhlas, tidak punya prasangka buruk terhadap sesama maupun terhadap ciptaan Allah yang lain.

“Jangan sombong jadi bupati. Sebab orang yang sombong  akan tenggelam dengan sendirinya. Jadi bupati harus punya daya inovasi dan kreasi, hingga akhirnya Jember menjadi daerah yang baldatan aminan (daerah yang damai) seperti lantunan  doa Nabi Ibrahim,” pungkasnya (Jbr-1/AAR).

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button