dr. Soebandi Bukan Sekadar Dokter, tapi Juga Pejuang yang Gigih
Menguak Kiprah dan Sejarah Perjuangan dr. Soebandi
Jember, Portal Jawa Timur – dr. Soebandi bukan sekadar dokter. Selama ini masyarakat tahu dr. Soebandi hanyalah seorang dokter. Ini karena nama dr. Soebandi menjadi nama rumah sakit pendidikan type B milik Kabupaten Jember yang beralamat di Kecamatan Patrang itu. Selain menjadi nama rumah sakit, dr. Soebandi juga menjadi nama jalan dan belakangan juga menjadi nama universitas dr. Soebandi.
Memang dr. Soebandi bukan sekadar dokter, tapi dia adalah prajurit yang gigih di medan perang. Selama perjuangan merebut kemerdekaan, profesi utama dr. Soebandi adalah dokter, bukan di rumah sakit, tapi di medan tempur. Di manapun prajurit berperang, ia selalu siap untuk mengobati luka-luka prajurit akibat sengitnya pertempuran.
Baca Juga: Di Kampus UIN KHAS Jember, Menkopolhukam Mahfud MD: KH Achmad Siddiq Layak Dapat Gelar Pahlawan
Bukan tanpa risiko. Risiko kena peluru sudah pasti ada. Risiko yang lain, dr. Soebandi menjadi incaran serdadu penjajah. Bahkan saat terjadi agresi 1 setelah serdadu Belanda masuk Jember, ia ditangkap ketika mengobati prajurit yang kena tembak. Ia ditangkap dan dipenjara.
Baca Juga: Prof Babun: Keinginan Terakhir Saya, Kiai Achmad Siddiq Dapat Gelar Pahlawan Nasional
dr. Soebandi bukan sekadar dokter. Saat terjadi pemberontakan PKI di Madiun, ia diangkat sebagai Kepala Staf Gabungan Angkatan Perang untuk menumpas sisa-sisa pemberontak yang dipelopori oleh PKI.
Namun langkah heroik dr. Soebandi akhirnya terhenti di Desa Kedawung Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember saat ia pulang dari Blitar untuk membantu pertahanan di situ. Darah syahidnya mengalir oleh pelor serdadu Belanda bersama rekannya Komandan Brigade III Letkol Sroedji. Peristiwa itu terjadi tanggal 8 Februari 1949.
“Dokter Soebandi sudah meninggal sekian puluh tahun lalu tetapi semangat dan cita-citanya harus tetap bersemayam abadi pada generasi penerusnya,” ungkap salah satu putri ketiganya, dr. Widorini saat peresmian museum dan perpustakaan Letkol dr. Soebandi di kampus Universitas dr. Soebandi Jember, Selasa, (27/6/2023).
Museum dan perpustakaan dr. Sobandi diresmikan oleh Gus Firjaun yang ditandai dengan membuka selubung warna biru muda yang menutupi patung sang dokter.
Universitas dr. Soebandi cukup beruntung lantaran ahli warisnya menghibahkan peninggalan bersejarah sang ayah untuk lembaga tersebut.
“Tujuan dari mengibahkan hampir semua peninggalan dari almarhum ayah saya yakni agar barang-barang peninggalan tersebut bisa dijadikan pelajaran sejarah perjuangan bagi generasi mendatang,” tambahnya.
dr. Soebandi Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
Sementara itu, Wakil Bupati Jember KH Muhammad Balya Firjaun Barlaman berharap perpustakaan dan museum dr. Soebandi bisa menjadi inspirasi dan bukti sejarah bagi kawula muda untuk bisa meneruskan dan memperjuangkan semangat dari dr. Soebandi.
“dr. Soebandi memiliki 3 putri yang tangguh. Dengan dibukanya perpustakaan dan museum ini semoga menjadi amal jariyah bagi beliau dan membuka cakrawala perjuangan serta semangat yang membara khususnya di kawula muda,” tutur Gus Firjaun, sapaan akrabnya.
dr. Soebandi meninggalkan seorang istri, Rr. Soekesi, dan tiga orang putri, Widyasmani, Widyastuti, dan Widorini.
Gus Firjaun juga menjelaskan, Pemkab Jember telah mengusulkan tiga tokoh sejarah dari Jember menjadi pahlawan nasional. Yakni Letkol Muhammad Sroedji, dr. Soebandi dan KH. Achmad Siddiq.
“Ini lho, kalau berjuang secara ikhlas akan diabadikan namanya,” pungkasnya.
dr. Soebandi bukan sekadar dokter. Sosok yang lahir di Lumajang 17 Agustus 1917 dengan nama Raden Mas Soebandi itu adalah prajurit yang tangguh sekaligus dokter yang telaten mengobati pasiennya (Aryudi AR).