Abu Darin, Sosok Petani Vanili yang Sukses
Jember, Portal Jawa Timur – Abu Darin. Nama ini tidak populer di kalangan masyarakat umum. Tapi di kalangan petani vanili, nama Abu Darin cukup masyhur. Tidak hanya di Jember, tapi juga di banyak daerah, bahkan di luar Jawa, sosok yang satu ini cukup dikenal. Karena memang, Abu Darin punya banyak binaan petani vanili di luar sana.
“Itu semua karena vanili. Jadi saya punya banyak teman yang sama-sama bergelut di dunia vanili,” ujarnya kepada wartawan media ini di salah satu kebun vanilinya di Desa Karanganyar, Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember Jawa Timur, Kamis (9/2/203).
Sebenarnya Abu Darin bukan orang baru di dunia vanili. Ayahnya, H Achmad Bachri atau biasa dikenal Pak Sahri memang petani vanili. Walaupun tidak semua lahan miliknya ditanami vanili, tapi ada sebagian tanah kebunnya yang terus-menerus ditamani vanili. Namun tahun 1983, vanili milik ayahnya benar-benar tumpas karena diserang kutu loncat.
BACA JUGA:
Peduli Kelangkaan Pupuk, HKTI Jember Gelar Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik
“Saya masih ingat waktu itu saya masih kelas 4 SD. Jadi pohon lamtoro gung, yang menjadi tanaman untuk menaungi pahon vanili penuh dengan kutu loncat, dan akhirnya kutu loncat itu meloncat ke pohon vanili di sampingnya,” kenang Abu Darin.
Sejak saat itu, keluarga besar Abu Darin vakum dari menamam vanili. Lahan yang biasanya ditanami vanili lalu ditanami pepohonan seperti kayu jati, mahoni dan sebagainya.
Tapi karena berasal dari keluarga petani vanili, Abu Darin tak putus-putus amat dari dunia vanili. Tahun 1995, ia meneruskan ‘profesi’ ayahnya. Kali ini bukan sebagai petani, tapi makelaran jual vanili. Walaupun hanya makelar, tapi cuan yang dihasilkan lumayan besar. Ia ‘mengambil’ langsung ke petani vanili, tidak hanya di Jember tapi juga di Banyuwangi, Lumajang, Bondowoso, dan Probolinggo.
“Saya waktu itu baru menikah, tidak tidak punya modal, modal saya untuk makelaran vanili hanya modal omong dan kepercayan petani vanili. Waktu itu harga vanili pasar lumayan,” jelasnya.
Sekian tahun lamanya jadi makelar dengan hasil yang berlipat-lipat tak membuat Abu Darin puas. Sebab, ia berpikir jika dirinya hanya jadi makelar, tak akan ada peningkatan dan suatu saat makelar akan tenggelam dengan sendirinya. Karena itu, ia berangan-angan untuk menanam sendiri vanili, apalagi jaringan pasar sudah punya.
“Ya singkat cerita, tahun 2012 saya memutuskan menanam vanili walaupun pekerjaan makelar masih jalan juga,” jelasnya.
Saat itu, ia punya lahan peninggalan ayahnya yang sudah ditanami pepohonan seperti jati, mahoni, dan sebagainya. Tanpa pikir panjang, lahan itu dibersihkan dari pepohonan, lalu ditanami vanili. Kapasitasnya cuma 500 pohon. Bertani vanili memang tidak langsung menghasilkan uang, karena untuk memetik buahnya membutuhkan waktu yang cukup lama.
“Untuk hidup sehari-hari, ya saya kerja serabutan, termasuk masih makelaran vanili,” alumnus Universitas Islam Jember (UIJ) itu.
Namun tanaman vanili 500 pohon itu menjadi awal kebangkitan Abu Darin untuk bertani vanili hingga saat ini. Buktinya, dalam kurun waktu 11 tahun, tanaman vanilinya mencapai 32 ribu pohon yang tersebar di Ambulu, Wuluhan dan sebagainya.
“Yang namanya usaha, kita yakin ada hasil, bukan semata-mata karena usaha fisik tapi juga doa,” pungkasnya (Jbr-2/AAR).